Kajen, diswaypekalongan.id – Di setiap daerah pasti ada orang pertama yang menjadikannya daerah tersebut berdiri. Nah ada salah satu tokoh yang berperan untuk Kabupaten Pekalongan, beliau adalah Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan.
Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan ini merupakan salah satu tokoh pemimpin pada 25 Agustus 1622. Di mana beliau merupakan pemimpin pertama sebagai bupati di Kabupaten Pekalongan.
Beliau yang dilantik pada tahun 1622 menjadi sebuah pelantikan berdirinya tonggal untuk Kabupaten Pekalongan. Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan yang memiliki sosok berani dan berjuang pada zaman dahulu.
Simak sampai akhir untuk lebih tahu tentang Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan, pemimpin pertama. Anda akan mengetahui bagaimana perjalanan atau kepemimpinan beliau untuk Kabupaten Pekalongan.
Kepemimpian Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan
Bupati Pekalongan pertama yang bernama Tumenggung Mandureja pernah bertugas untuk daerahnya. Beliau sebagai panglima perang dari kerajaan Mataram dalam penyerangan saat itu, yaitu perang Batavia.
Perang di Batavia tersebut terjadi pada tahun 1628 menjadi salah satu awalan bagi Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan. Beliau berjuang untuk Pekalongan dalam terjadinya perang yang berada di Batavia.
Untuk mengenang beliau sebagai Bupati Pekalongan pertama, Kabupaten Pekalongan telah mengabadikannya. Ada beberapa bangunan yang memiliki nama Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan.
Di antaranya, Rumah Dinas Bupati Pekalongan pertama yang ada di Pekalongan, kedua, ada salah satu taman. Terakhir nama Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan ini dijadikan nama ruas jalan di Alun-alun Pekalongan.
Biografi Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan
Dikutip dari laman stekom, bahwa beliau adalah putra dari Pangeran Mandura, beliau memiliki adik laki-laki yang Bernama Tumenggung Upsanta. Beliau juga salah satu cucu dari Ki Juru Martini.
Ki Juru Martini adalah salah satu tokoh penting yang berjasa untuk Kerajaan Mataram Islam. Perlu Anda tahu, Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan ini berjuang dengan Tumenggung Bahureksa dalam menyerbu Batavia.
Penyerbuan ke Batavia
Di masa penyerbuan ke Batavia, Tumenggung Bahureksa telah gugur dalam pertempuran. Tumenggung Mandurareja langsung memberi tugas kepada Tumenggung Sura Agul-agul dan bertempur bersama Tumenggung Mandurareja.
Pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Mandurareja ini terdapat 10.000 prajurit, namun, dengan prajurit sebanyak itu, Tumenggung Mandurareja kewalahan. Karena Batavia tidak mudah untuk ditaklukan.
Di sisi lain beliau telah menggunakan teknik saat Mataram berhasil menaklukan Surabaya, dengan cara membendung sungai. Namun, tidak mudah juga untuk teknik yang dilakukan ini.
Setelah mengarahkan dua cara, beliau akhirnya mengerahkan usaha terakhirnya atau cara terakhir untuk melawannya. Tumenggung Mandurareja Mataram untuk merebut benteng Hollandia pada 28 November 1628.
Dari perjuangan terakhir tersebut ratusan prajurit telah gugur yang mana prajurit VOC telah mengetahuinya, sehingga ditembak mati. Namun, dari beberapa prajurit berhasil melarikan diri serangannya.
Perjuangan Terakhir
Menurut H.J de Graaf, bahwa Tumenggung Sura Agul-agul telah memerintahkan prajuritnya untuk mengeksekusi Tumenggung Mandurareja. Seperti yang Anda tahu, perintah raja Mataram telah mengadili Tumenggung Mandurareja untuk dihukum mati.
Dikarenakannya tidak bekerja keras mati-matian saat merebut benteng Hollandia. Namun, dalam kejadian ini, menimbulkan kontroversi di istana Mataram. Sehingga Tumenggung Sura harus menebus kesalahpahaman dengan dijatuhi hukuman mati.
Kesimpulan
Dari kejayaan yang diangkat sebagai Bupati Pekalongan hingga berjuang sebagai panglima untuk melawan VOC di Batavia. Beliau dijatuhkan hukuman karena kesalahpahaman atau keliruan, hal itu menjadi kontroversi.
Itulah masa kepemimpinan Tumenggung Mandurareja Bupati Pekalongan yang berjuang mati-matian untuk merebut benteng Hollandia. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda yang membaca.