Brebes, diswaypekalongan.id- Kali Pemali Brebes berhulu di Perbatasan Kabupaten Banyumas, tepatnya berada di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Menurut mitos yang beredar benarkah setiap tahunnya meminta tumbal?
Kali Pemali Brebes dikenal dengan keangkerannya dan konon katanya terdapat kerajaan gaib yang mendiami sungai tersebut. Sementara, masalah tumbal untuk Kali Pemali Brebes menurut masyarakat sekitar bahwa tumbal akan diambil setahun sekali.
Namun anehnya korban tenggelam di Kali Pemali Brebes ini biasanya berasal dari luar wilayah desa dan bukan warga lokal sungai tersebut. Jadi anehnya korban tersebut bukan orang sekitar melainkan orang asing yang tidak dikenal.
Pada tahun 2013-2016 sejumlah warga meninggal di sungai ini yang membuat masyarakat mengaitkan dengan tumbal makhluk gaib yang mendiami Kali Pemali Brebes.
Selain itu konon penunggu Kali Pemali Brebes yang dipercaya berupa buaya putih, lembudana lembudini dan bangsa jin lainnya. Mitos tersebut dipercayai oleh masyarakat sekitar secara turun temurun hingga sekarang.
Sosok lembudana lembudini menurut kepercayaan sebagian warga digambarkan sebagai makhluk halus berwujud ular tapi kepala kerbau. Sosok tersebut mendiami aliran Kali Pemali Brebes dari Desa Dumleng hingga Desa Kertabasuki.
Sejarah Kali Pemali Brebes
Kali Pemali Brebes ternyata memiliki legenda yang menarik untuk diulas dan sebagai ilmu pengetahuan baru nih. Legenda ini berawal dari kisah dua bersaudara, Ciung Wanara dan Hariang Benga. Keduanya terlibat dalam pertikaian sengit yang memisahkan mereka.
Sungai yang menjadi saksi bisu pertempuran tersebut kemudian diberi nama Cipamali. Kata “pamali” dalam bahasa Jawa berarti pantangan atau larangan.
Nama ini dipilih untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya persaudaraan dan menghindari perselisihan yang dapat merusak hubungan.
Kisah Ciung Wanara dan Hariang Benga ini tercatat dalam berbagai sumber cerita rakyat, salah satunya adalah buku “Bunga Rampeh Dongeng” karya Satjadibrata. Legenda ini menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Brebes dan terus dikisahkan dari generasi ke generasi.
Legenda Ciung Wanara
Kali Pemali Brebes juga menyimpan misteri yang terungkap melalui legenda Ciung Wanara. Selain itu terdapat juga kisah Saskala yang terbentuk di dalam dongeng rakyat atau folkor.
Legenda ini berawal dari kisah dua bersaudara, Ciung Wanara dan Hariang Benga. Keduanya terlibat dalam pertikaian sengit yang memisahkan mereka.
Sungai yang menjadi saksi bisu pertempuran tersebut kemudian diberi nama Cipamali. Kata “pamali” dalam bahasa Jawa berarti pantangan atau larangan. Nama ini dipilih untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya persaudaraan dan menghindari perselisihan yang dapat merusak hubungan.
Kisah Ciung Wanara dan Hariang Benga ini tercatat dalam berbagai sumber cerita rakyat, salah satunya adalah buku “Bunga Rampeh Dongeng” karya Satjadibrata. Legenda ini menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Brebes dan terus dikisahkan dari generasi ke generasi.
Sebuah dongeng Sasakala yang menceritakan terjadinya nama Kali Pemali atau Cipamali yang berada di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Pemali berasal dari kata Pamali atau pantang/tabuh. Dongeng ini termasuk sinopsis dalam cerita babad yang di dalamnya terdapat episode tentang pemberian nama sungai.
Sasakala Cipamali atau Kali Pemali dikumpulkan oleh Satjadibrata pada tahun 1946 dalam sebuah buku berjudul ‘Bunga Rampeh Dongeng’.
Dilansir dari kanal Youtube Insight. Singkat cerita, Prabu Adi Mulya Permana Kusuma adalah seorang raja di kerajaan Galuh yang sangat adil dan bijaksana.
Pada saat itu ia belum memiliki anak dari istri-istrinya baik dari Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep.Suatu hari, sang Prabu pergi bertapa. Saat itu istri dan kerajaannya diserahkan kepada Aria Kebonan.
Sebelum pergi ia memberikan pesan kepada penggantinya itu agar berbuat adil dan jangan mengganggu kedua istrinya. Aria Kebonan pun menyanggupinya.
Selanjutnya sang Prabu Permana pergi bertapa di Gunung Padang dan mengganti namanya dengan Ajar Sukaresi. Kemudian Aria Kebonan juga mengganti nama dengan Raden Barma Wijaya Kusuma.
Di Kemudian hari Naganingrum dan Dewi Pangrenyep mendapat firasat akan mendapatkan putra, firasat tersebut ternyata tepat. Sembilan bulan kemudian Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra yang diberi nama Hariang Benga.
Namun saat itu Dewi Naganingrum belum juga melahirkan dan tiba-tiba sang raja mendapat firasat bahwa bayi yang belum lahir tersebut akan menimbulkan malapetaka bagi dirinya.
Kemudian sang raja menyuruh Dewi Pangrenyep apabila Dewi Naganingrum melahirkan bayinya harus segera dibuang.
Ternyata benar bayi yang dilahirkannya berjenis laki-laki yang akhirnya dihanyutkan ke sungai menggunakan sebuah kotak bersama sebutir telor dan Dewi Naganingrum juga diusir dari kerajaan.
Bayi yang dihanyutkan akhirnya ditemukan oleh Aki Balangantrang hingga tumbuh menjadi seorang pemuda yang diberi nama Ciung Wanara.Telur yang menemaninya saat dihanyutkan menetas dan menjadi ayam jantan setelah dierami oleh ular bernama nagawiru.
Pada saat itu Ciung Wanara berniat membalas dendam kepada Hariang Benga dan Dewi Pangrenyep yang telah menyengsarakan dirinya dengan ibunya.
Perkelahian Ciung Wanara dan Hariang Benga pun berlangsung cukup lama hingga Hariang benga terpental ke seberang sungai.
Ciung Wanara berada di Galuh dan Hariang Banga berada di timur sungai Brebes.Sungai yang memisahkan mereka selanjutnya diberi nama Cipamali atau Kali Pemali sebagai tanda peringatan dan bermakna, pertikaian dengan saudara harus dihindarkan sebab termasuk pamali atau pantangan.
Nah itulah pembahasan mengenai misteri Kali Pemali Brebes dan beberapa sejarahnya. Semoga bermanfaat.






