Tegal, diswaypekalongan.id – Gedung Birao Tegal atau SCS (Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) ini kalau dilihat memang mirip dengan Lawang Sewu yang ada di Semarang.
Bangunan ini merupakan peninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Pada masa sekitar abad ke 18 sampai ke abad 20 M, Kota Tegal menjadi daerah yang cukup strategis di pesisir utara Jawa.
Kondisi ini juga didukung dengan adanya jalur kereta api yang melewati wilayah Tegal dengan menghubungkan kota-kota di sepanjang pesisir utara Jawa.
Hal tersebut tampaknya dapat dibuktikan dengan adanya keberadaan bekas Kantor Perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) anak perusahaan Nederlandsch- Indische Spoorweg Maatschappij (NIS, yaitu Gedung Birao.
Dikutip dari laman website kemdikbud.go.id Gedung Birao Tegal dirancang pertama kali pada 1911 oleh arsitek terbuka dalam perkembangan arsitektur Belanda, Henri Maclaine Pont, arsitek keturunan Belanda-Bugis yang lahir di Jakarta.
Bangunan ini sangat kental dengan gaya arsitektur Belanda. Meskipun demikian, Maclaine Pont Mahir dalam menggunakan sumber daya alam setempat dan mempekerjakan buruh lokal dengan harapan sebagai latihan dalam menambah keterampilan mereka.
Selain itu, pembangunan Gedung Birao Tegal juga turut memperhatikan lokasi yang berada di sekitar alun-alun masjid dan tempat tinggal Residen atau Gubernur pada masa itu.
Bangunan ini dirancang sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan iklim, sinar matahari, dan gaya hidup masyarakat lokal pada masa itu.
Tidak seperti orang Eropa yang lebih memilih menggunakan bahan impor, Maclaine Pont menggunakan bahan-bahan lokal misalnya kayu jati, batu bata, dan pasir lokal.
SCS dan Transportasi Kereta Api di Jawa
Perusahaan Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij merupakan salah satu perusahaan transportasi kereta api yang melayani trayek Semarang hingga Cirebon melalui Pekalongan dan Tegal.
Pada masa pemerintahan kolonial terdapat beberapa perusahaan kereta api diantaranya milik perusahaan pemerintah Staats Spoorwegen yang melayani trayek Batavia sampai Buitenzorg (Bogor). Perusahaan kereta api ini juga membuka trayek Surabaya Pasuruan Malang.
Pernah Dijadikan Sebagai Universitas dan Penjara
Gedung Birao Tegal ini menjadi saksi bisu secara dari masa kolonial Belanda-Jepang. Selama masa pendudukan Jepang bangunan ini beralih fungsi menjadi markas tentara Jepang, penjara dan rumah sakit militer pada tahun 1942-1945.
Pada masa pendudukan Jepang tersebut Gedung Birao Tegal ini menjadi simbol perlawanan terhadap Jepang oleh para pemuda lokal yang tergabung dalam Angkatan Muda Kereta Api (AMKA).
Berita proklamasi yang diperoleh oleh para pemuda AMKA, pada tanggal 6 September 1945, menjadikan mereka berkeinginan menaikkan bendera merah putih di gedung SCS.
Di tengah, ancaman kekuasaan status quo Jepang Pemuda angka menaikkan bendera merah putih di atas gedung SCS pada tanggal 7 September 1945.
Selain itu dikutip dari laman Pemkot Tegal, Gedung Birao menjadi bukti pergerakan dan perlawanan warga lokal Tegal memerangi penjajah.
Disebutkan bahwa bangunan ini juga pernah digunakan sebagai sekolah dan Universitas milik Yayasan Pancasakti.
Untuk saat ini Gedung Birao dengan luas kurang lebih 7.106 meter persegi dan kini menjadi milik PT KAI.
Bahkan gedung ini sekarang jadi tempat spot foto menarik dan saat sore hari ramai dikunjungi hanya sekedar untuk mengabadikan momen atau sekedar bersantai-santai.
Demikian pembahasan mengenai sejarah Bedua Birao di Tegal atau SCS yang menjadi saksi sejarah masa pendudukan Belanda dan Jepang. Semoga bermanfaat.