Tegal  

Sejarah Masjid Agung Tegal, Dibangun pada Masa Perang dan jadi Saksi Sejarah Perlawanan Terhadap Belanda

Masjid Agung Tegal dulunya pernah mengalami beberapa kali renovasi
Masjid Agung Tegal dulunya pernah mengalami beberapa kali renovasi

Tegal, diswaypekalongan.id – Kalau kamu sedang jalan-jalan ke Alun-alun Tegal pastinya melihat Masjid Agung Tegal yang megah. Tapi kamu sudah tahu belum mengenai sejarahnya? 

 

Yang belum tahu mari kita merapat di dalam artikel ini. Karena kami akan membahas mengenai Masjid Agung Tegal.

 

Masjid Agung Tegal merupakan salah satu masjid tertua bersejarah di Jawa Tengah. Masjid ini pertama kali dibangun bersamaan dengan peristiwa perang Diponegoro.

 

Dibangun antara tahun 1825-1830 oleh K.H Abdul Aziz selama Perang Jawa. Masjid Agung Tegal menjadi lambang keberanian dan perjuangan Pangeran Diponegoro serta pengikutnya dalam membela kebenaran.

 

Tak hanya digunakan untuk tempat ibadah, Masjid Agung Tegal juga menjadi saksi sejarah perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Perang itu melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang berusaha meredam perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.

 

Akibat perang itu, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sedangkan korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7.000 serdadu pribumi. Akhir perang menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.

 

Kehadiran Masjid Agung Tegal menjadi titik fokus bagi umat Islam yang tetap mempertahankan kebeneran di tengah cobaan perang.

 

Mengalami Beberapa Kali Renovasi

 

Dikutip dari laman duniamasjid, berdasarkan catatan yang ada, Masjid Agung Tegal ini sejak berdirinya hingga sekarang telah mengalami beberapa kali renovasi. Tercatat pada tahun 1927, ruang paseban masjid direnovasi karena sudah representatif lagi.

 

Sebagai gantinya dibangunlah sebuah Kantor Urusan Agama (KUA) tempat untuk melangsungkan pernikahan bagi umat Islam Tegal.

 

Kemudian pada tahun 1953-1954, Masjid Agung Tegal ini direnovasi kembali. Bahkan renovasi dan perombakan kala itu dilakukan secara besar-besaran.  Serambi depan masjid diperluas ke arah depan sehingga menyatu dengan KUA.

Baca Juga:  Berdiri di Tahun 1917, Begini Sejarah RSUD Dokter Soeselo Slawi Kabupaten Tegal

 

Untuk memenuhi kebutuhan jamaah akan air wudhu maka pada tahun 1970 tempat wudhu sebelah kanan masjid. Kemudian supaya Masjid Agung Tegal terlihat modern maka pada tahun 1985 bagian atap masjid dirombak dan diganti dengan atap tumpang seperti yang tampak sekarang ini.

 

Meskipun atapnya telah dirombak, namun bila masjid ini kita lihat dari arah belakang maka gaya arsitektur yang modern tersebut tidak akan terlihat. Karena hingga sekarang bagian belakang masjid ini belum pernah direnovasi masih tampak kekunoannya.

 

Bagian depan masjid yang berlantai dua mampu menampung lebih dari 4.000 jamaah. Di lantai bawah digunakan sebagai ruang utama masjid dan di lantai atas menjadi tempat untuk berbagai kegiatan keislaman, seperti pengajian dan pelatihan Al-Quran.

 

Berbuka Puasa Menyalakan Petasan

 

Masjid Agung Tegal ternyata ada satu keunikan tersendiri yang terjadi di sana.  Pada tahun 1980 an, setiap datang waktu berbuka puasa Romadhon pasti dilakukan pembakaran petasan berukuran besar di halaman masjid ini sebagai tanda sudah masuk waktu maghrib atau berbuka.

 

Namun seiring berjalannya waktu, tradisi pembakaran petasan raksasa yang terkesan mubadzir itu sekarang sudah ditiadakan.

Sebagai gantinya, tanda waktu berbuka puasa dikumandangkan adzan dengan pengeras suara yang diletakkan di atas menara masjid setinggi 32 meter dan juga disiarkan melalui radio-radio serta televisi.

 

Itu dia pembahasan mengenai sejarah Masjid Agung Tegal. Siapa nih yang pernah ibadah disini?