Slawi, diswaypekalongan.id – Bagi masyarakat Tegal dan sekitarnya mungkin sudah tidak asing lagi dengan Pabrik Texin Tegal. Pabrik ini lokasinya ada di Jalan Pala Raya, Mejasem Tegal.
Pabrik Texin Tegal memiliki luas lahan sekitar 50 hektare dan persis di depan area pabrik terdapat puluhan perumahan dinas khas arsitektur Belanda.
Pabrik Texin Tegal didirikan pada tahun 1935 dan diresmikan tanggal 25 Mei 1936 dengan nama Java Textil Maatschappij atau JTM, yang berbentuk badan hukum “NV” dengan modal yang terbagi dalam beberapa saham.
Kemudian pada tahun 1937 pabrik mulai beroperasi terus sampai dengan pemerintah Jepang menguasai Indonesia serta mengambil alih pabrik dari pemerintah Belanda pada tahun 1942.
Bahan baku kapas yang digunakan untuk membuat lembaran kain diimpor dari Cina, India, Amerika, dan Australia.
Pabrik Texin Tegal menjadi salah satu pelopor dalam industri tekstil di Indonesia, bahkan menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.
Ribuan pekerja dari berbagai daerah bergantung pada pabrik ini untuk mencari nafkah.
Pabrik Texin Tegal memproduksi berbagai jenis kain berkualitas tinggi yang didistribusikan ke seluruh Indonesia dan diekspor ke luar negeri seperti Taiwan, Korea, Hongkong dan Belgia.
Pada masa kejayaannya pabrik yang berlokasi Desa Dampyak ini memproduksi kain tekstil untuk dipasarkan ke kota-kota besar.
Produk tekstil dari Tegal ini dijual ke beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Pekalongan, dan Solo.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, pabrik diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan kemudian ditempatkan di bawah asuhan Badan Tekstil Negara.
Adapun nama pabrik diubah dari sebutan pabrik Textil Indonesia (TEXIN) Tegal. Sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1964 tentang Pendaerahan Perusahaan Industri Negara.
Dan berdasarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 21 tahun 1965 tanggal 3 Juli 1965 lahirlah Perusahaan Industri Daerah “Sandang” Jawa Tengah dengan sebutan Pinda “Sandang” Jateng Pabrik Textil Indonesia (TEXIN) Tegal.
Di kemudian hari dikenal dengan sebutan Perusda “Sandang” Jawa Tengah Pabrik Textil Indonesia
(Texin) Tegal.
Lalu pada tanggal 27 April 1983, ada pergantian nama pabrik dari Pabrik TEXIN Tegal menjadi Pabrik Tekstil (Pabriteks) Tegal.
Pada November 2015, untuk yang terakhir kalinya berubah nama menjadi PT Sandang Tegal Intijaya (tahun 2000 sempat bernama PT Industri Sandang Nusantara).
PT Sandang Tegal Intijaya saat ini beroperasi dengan memproduksi benang dan kain, benang TR 20/2, benang katun 20/2, kain katun, dan kain TR (tetron rayon).
Hanya Orang Beruntung yang Bisa Bekerja di Pabrik Ini
Menurut penuturan orang zaman dahulu yang pernah bekerja di Pabrik Texin Tegal, hanya pribumi terpandang yang beruntung menjadi karyawan di pabrik peninggalan Belanda itu.
Para karyawan pribumi digaji dengan bayaran yang cukup besar untuk ukuran pada masanya. Belum lagi pemberian tunjangan hari raya seperti sejumlah uang dan sembako.
Bahkan uniknya lagi bagi karyawan pria jika ingin memilih pasangannya hanya tinggal menunjuk perempuan mana saja yang ingin ia nikahi, karena jarang ada perempuan yang menolak.
Kisah Misteri Pabrik Texil Tegal
Usai dipegang pemerintah Indonesia, perusahaan ini beberapa kali berganti nama dan perubahan status pengelolaan. Untuk saat ini kejayaannya telah berakhir dan sudah lama berhenti beroperasi.
Namun sisa bangunan megahnya masih ada dan dapat disaksikan hingga saat ini. Bangunan pabrik ini dipenuhi dengan tanda-tanda waktu dan aura mistis yang menyelimuti.
Cerita-cerita misteri seringkali menyelimuti bangunan-bangunan di Desa Mejasem. Terdapat suara-suara aneh dan penampakan makhluk-makhluk gaib sering dilaporkan oleh pengunjung.
Konon katanya, arwah para pekerja yang meninggal karena kecelakaan atau penyiksaan di masa lalu masih gentayangan di tempat ini.
Demikian pembahasan mengenai sejarah Pabrik Texin Tegal. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan baru.