Slawi, diswaypekalongan.id – Artikel kali ini akan membahas mengenai sejarah Pabrik Gula Ujungrusi atau disebut Suikerfabriek Oedjoengroesi. Bangunan ini merupakan salah satu perusahaan industri gula milik Belanda yang pernah berdiri di zaman Hindia Belanda.
Di Tegal tak hanya Pabrik Gula Ujungrusi saja ternyata ada Pabrik Gula Pagongan, Pangkah, Kemlangen, Kemantran, Maribaya, Balapulang, Kejambon dan Dukuhwringin.
Lalu bagaimana cerita sejarah mengenai Pabrik Gula Ujungrusi yang kini berubah menjadi markas militer Yonif 407 Padmakusuma. Yuk kita bahas selengkapnya di dalam artikel kali ini.
Sejarah Pabrik Gula Ujungrusi
Pabrik Gula Ujungrusi di bangun pada tahun 1841 yang bekerjasama dengan Perusahaan NV Mij tot Exploitatie der Suiker Onderneming yang merupakan pemilik Pabrik Gula Ujungrusi dan Jatibarang ini adalah Otto Carel Holmberg.
Pabrik Gula Ujungrusi ini berdiri di Desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.
Pabrik Gula Ujungrusi yang didirikan pada tahun 1841 ini dibangun bersamaan dengan Pabrik Gula Kemlangen yang berada di Slawi.
Berdirinya pabrik ini tidak dapat dipisahkan antara Holmberg dengan Lucassen yang awalnya mengajukan sistem kontrak gula untuk membangun sebuah perusahaan industri gula di wilayah Tegal.
Holmberg diberikan konsesi tanah di sebelah utara wilayah Slawi yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Lucassen yang mendirikan pabrik gula di Kemanglen.
Pada saat itu Holmberg yang hanya bermodal uang 80.000 gulden itu memberanikan diri untuk membuat dua pabrik gula sekaligus.
Pada tahun 1841 Holmberg membangun Pabrik Gula Adiwerna di Ujungrusi, di tahun itu juga ia membangun konstruksi awal Pabrik Gula Jatibarang terlebih dahulu.
Setelah selesainya pembangunan Pabrik Gula Ujungrusi, Holmberg kemudian melanjutkan pembangunan Pabrik Gula Jatibarang pada tahun 1842.
Pabrik Gula Jatibarang dan Pabrik Gula Ujungrusi sendiri dibangun dengan sistem Cultuurstelsel atau sistem tanam paksa.
Kemudian setelah berhasil mendirikan dua pabrik gula, Holmberg membangun lagi sebuah pabrik gula di Pagongan yang dibangun pada tahun 1848.
Beberapa tahun kemudian perusahaan gula milik Holmberg mengalami kesuksesan , bahkan bisa mengalahkan kesuksesan Lucassen dan Hoevenaar yang lebih senior.
Hal ini membuat Holmberg menjadi salah satu pengusaha paling sukses yang dipunyai oleh Belanda.
Saat itu Pabrik Gula Ujungrusi menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan dagang Nederlandsche Handel-Maatschappij untuk mengekspor gula ke Eropa.Saat itu Pabrik Gula Ujungrusi terdapat rel untuk mengangkut tebu dibangun sekitar tahun 1910-an.
Jalurnya terhubung dengan Pabrik Gula Jatibarang serta terhubung pula dengan jalur KA Tegal-Prupuk.
Berakhirnya Pabrik Gula Ujungrusi
Pabrik Gula Ujungrusi di Adiwerna nasibnya sama dengan pabrik gula lainnya yang ada di Tegal. Pabrik ini mulai tutup beroperasi sejak masa Pendudukan Jepang pada tahun 1942.
Bangunan Pabrik Gula Ujungrusi banyak dirusak dan dibongkar oleh Jepang, sehingga pabrik ini berhenti beroperasi sejak saat itu.
Kemudian setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan Pabrik Gula Ujungrusi di Adiwerna menjadi terbengkalai, karena hampir sebagian besar bangunan telah dihancurkan oleh Jepang.
Pabrik Gula Ujungrusi Saat Ini
Pada tahun 1964 kompleks Pabrik Gula Ujungrusi dialihfungsikan sebagai tempat militer yang sekarang dikenal dengan Batalyon Infanteri 407/Yonif 407.
Hingga sekarang bekas-bekas Pabrik Gula Ujungrusi yang masih terlihat adalah jaringan listrik 110, beberapa rel kereta lori yang terlihat di selokan, timbangan tebu yang kini digunakan sebagai jembatan penyeberangan orang untuk TNI dan tembok keliling kuno yang ada di dalam wilayah Yonif 407.
Demikian pembahasan mengenai sejarah Pabrik Gula Ujungrusi. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan baru.