Slawi, diswaypekalongan.id – Artikel kali ini akan membahas sejarah Stasiun Balapulang. Kalau kamu pas naik kereta dari Prupuk ke Slawi ataupun sebaliknya pasti akan melihat bangunan terbengkalai.
Padahal dulunya stasiun ini pernah gemilang pada masanya, lalu kenapa kini jadi bangunan terbengkalai? Nah kalau kamu penasaran bagaimana sejarah Stasiun Balapulang pas banget baca artikel ini.
Dengan begitu rasa penasaran kamu mengenai sejarah Stasiun Balapulang terjawab sudah. Yuk kita bahas di bawah ini.
Sejarah Stasiun Balapulang
Stasiun Balapulang merupakan stasiun non aktif yang memiliki ketinggian +90 meter yang berada dalam Daerah Operasi (Daop) V Purwokerto. Nama stasiun ini diambil dari nama kecamatan yang terdapat di Kabupaten Tegal yaitu Balapulang.
Stasiun ini menjadi tujuan akhir dari jalur KA Slawi-Balapulang (14 KM). Stasiun Balapulang sendiri dioperasikan oleh perusahaan Javasche Spoorweg Maatschappij (JSM) pada tahun 1886.
Akibat mengalami kerugian, pada tahun 1892 lintas Tegal-Balapulang ini dijual kepada perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).
Setelah mengambil alih lintas Tegal-Balapulang, SCS mengubah jalur kereta api menjadi jalur trem dan mulai beroperasi tahun 1895 untuk angkutan penumpang.
Untuk pengangkutan penumpang dibedakan menjadi tiga kelas yakni kelas 1,2 dan kelas dua khusus pribumi. Kemudian pada tahun 1898, terdapat tiga kali perjalanan trem pergi-pulang yang melintas Stasiun Slawi dalam lintas Tegal- Balapulang.
Adapun stasiun dan halte yang dilewati seperti Stasiun Tegal (TG), Pagongan (PNG), Banjaran (BJN), Kudaile (KDE), Slawi (SLW), Jatiwolo (JWO), Kesuben (KSN), dan Balapulang (BLP).
Lebih lanjut, dulunya Stasiun Balapulang juga melayani angkutan logistik atau barang seperti hasil bumi Tegal yang melimpah saat itu.Lokasi stasiun ini berada di sebelah barat pasar Balapulang yang menjadi pusat perekonomian di wilayah itu.
Selain itu di dekat stasiun ini juga pernah berdiri pabrik gula Balapulang atau Suikerfabriek Balapoelang. Lokasi tersebut ditemukan ada di peta buatan Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1913-1915.
Stasiun Balapulang awalnya memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus.
Namun kini yang tersisa hanya jalur 2 saja dan saat ini berstatus sebagai stasiun non aktif dan asetnya milik PT kereta Api Indonesia Daop V Purwokerto.
Sehingga sudah tidak ada kereta api yang berhenti dan aktivitas petugas di stasiun ini.
Keadaan Stasiun Balapulang juga sama memprihatinkan dengan stasiun non aktif lainnya. Beberapa bangunan sudah tidak terurus lagi.
Secara fisik bangunan, masih terlihat jelas seperti loket pembelian karcis, ruangan PPKA/ Kepala Stasiun, dan gudang.
Dan kini hanya ada satu jalur aktif dari tiga jalur yang dulunya pernah ada. Sejak stasiun ini tidak diaktifkan, sudah tidak ada lagi masyarakat yang baik naik dan turun kereta api di Stasiun Balapulang.
Untuk saat ini eks bangunan Stasiun Balapulang dimanfaatkan beberapa warga untuk mengais rezeki yaitu untuk berjualan jajanan kecil. Area jajanan ini berjualan di area bekas ruang tunggu stasiun.
Di sekitar Stasiun Balapulang beberapa ditemui bangunan tambahan dan persinyalan yang masih terlihat. Seperti bangunan bekas dipo lokomotif uap yang saat ini telah dijadikan gudang milik PT KAI Wilayah Daop 5 Purwokerto.
Lalu ada tiang sinyal mekanik tanpa lengan yang berada di ujung stasiun. Kemudian papan nama stasiun serta peron yang masih utuh meskipun sudah tergerus akibat kondisi hujan maupun panas.
Demikian pembahasan mengenai sejarah Stasiun Balapulang yang kini menjadi bangunan terbengkalai, namun menyimpan sejarah yang tidak boleh kita lupakan.