Tegal, diswaypekalongan.id – Pastinya kamu sudah tau dong dengan jajanan pasar satu ini yaitu gemblong. Akan tetapi ini ini bukan soal jajanan, melainkan Kampung Gemblong di Kota Tegal.
Wah memangnya ada yah Kampung Gemblong di Kota Tegal? Ternyata memang ada dan lokasinya berada di Kampung Kalimati, Jalan Serayu, Kelurahan Mintaragen, Kota Tegal.
Kampung Gemblong di Kota Tegal ada sekitar 10 perajin jajanan tradisional. Bahkan para perajin jajanan di kampung itu ternyata masih satu keluarga, yang terdiri dari kakak beradik dan keponakan.
Seorang warga sekaligus pedagang jajanan tradisional, Warliyah mengatakan, perkampungannya disebut sebagai Kampung Gemblong di Kota Tegal karena banyak masyarakat yang sehari-hari berjualan jajanan tradisional.
Mereka biasanya memulai membuat jajanan mulai pukul 06.00 dan selesai pukul 14.00 WIB. Kemudian saat sore hari mereka akan menjajakan dagangannya di pasar maupun di titik jalan yang ramai.
“Sorenya pukul 16.00, mereka dagang di tempat masing-masing. Ada yang di Pasar Malam Alun-alun, Pasar Sore, Jalan Serayu, Jalan Kartini, hingga Pasar Pagongan Kabupaten Tegal” ujarnya.
Ia juga merupakan generasi kedua dari sang ibu yang sudah merintis jadi penjual gemblong ketan sejak tahun 1970.
“Usaha turun temurun ini, dulu ibu jualan dari tahun 1970. Saya nerusin dari tahun 1990 sampai sekarang,” paparnya.
Selain Warliyah, ia juga mengungkapkan, adik dan keponakannya banyak yang mengikuti jejaknya menjadi penjual gemblong. Hingga kampungnya pun dijuluki dengan Kampung Gemblong.
“Dikenalnya Kampung Gemblong, karena di sini banyak penjual gemblong. Itu keluarga saya semua, adik saya dan keponakan saya. Awalnya mereka ikut bantu, sekarang mereka buka usaha sendiri,” ungkapnya.
Warliyah bersyukur, usaha rintisan orangtuanya bisa membawa berkah bagi keluarga dan saudara-saudaranya. Terlebih saat ini sedikit sekali masyarakat yang masih eksis berbisnis di kuliner jajanan tradisional.
“Alhamdulillah dapat membawa berkah. Ini rencananya, anak saya juga mau membuka usaha mandiri di Brebes,” ujarnya.
Setiap hari, ia menjajakan belasan jajanan tradisional, seperti gemblong ketan, gemblong singkong,gemblong manis, gemblong kacang,
awul-awul, cenil, cetil, puli, ongol-ongol, kapur, ketan putih, klepon, gondem, dan lain sebagainya.
“Meski bukan penamaan langsung dari pemerintah. Tapi kami senang punya identitas sebagai perawat kelestarian jajanan tradisional,” ungkapnya.
Sementara perajin lainnya, Fardumi yang biasa menjajakan dagangannya di Jalan Serayu ini juga mengaku, belajar membuat gemblong ketan dari sang ibu dan kakaknya.
“Rata-rata di sini masih satu keluarga. Saya kebetulan adik, Warliyah kakak saya,” katanya.
Ia juga menjual belasan jajanan tradisional tiap harinya, dari mulai gemblong, cenil, cenil, ketan, lupis, kapur, mata sapi dan lainnya.
Lebih lanjut, Warliyah sendiri berjualan di Jalan Lawu atau tepatnya di pojok barat Pasar Malam Alun-alun Kota Tegal.
Ia mulai menjajakan dagangannya mulai pukul 16.30 WIB sampai 22.00 WIB dan tak pernah sepi pembeli dari berbagai kalangan.
Harganya juga terjangkau, satu jenis jajanan hanya Rp3.000 per porsinya, sementara untuk 3 macam jajanan hanya Rp5.000 per porsi dan untuk kombinasi cukup bayar Rp10.000 saja.
Menurutnya, jajanan yang jadi favorit masyarakat yakni gemblong ketan dan puli.
“Yang paling dicari gemblong ketan sama puli. Itu jajanan yang dibuat dari ketan. Rasanya manis dan gurih,” katanya.