Slawi, diswaypekalongan.id – Bagi warga Desa Bumijawa Kabupaten Tegal pastinya sudah tak asing lagi dengan mata air Tuk Jimat. Mata air ini rasanya segar dan bersih terus menerus mengalir tak pernah kering sekalipun itu musim kemarau.
Mata air Tuk Jimat ditemukan oleh Mbah Camuluk. Merupakan seseorang yang berpengaruh di Desa Bumijawa pada masa lampau sekitar abad ke 17-18 Masehi.
Adanya mata air Tuk Jimat ini memiliki sejarah panjang di dalamnya. Dan tentunya menarik untuk dibahas sesama supaya menambah wawasan baru.
Berikut ini sejarah awal mula ditemukannya mata air Tuk Jimat yang ada di Desa Bumijawa, Kabupaten Tegal. Baca hingga selesai artikel ini.
Sejarah Mata Air Tuk Jimat di Bumijawa Tegal
Dikutip dari laman bumijawa.desa.id sejarah yang berkembang di masyarakat pada masa itu di Desa Bumijawa mengalami musim kemarau yang panjang sehingga terjadi kekeringan yang menyebabkan sawah-sawah masyarakat kering serta sulitnya mencari sumber air.
Suatu ketika ada seorang yang bernama “Mbah Warta” melihat seekor burung kuntul (bangau) terbang mengitari suatu tempat, beliau penasaran dan menghampiri burung tersebut.
Sesampainya di tempat itu mbah warta melihat burung kuntul sedang mematuk-matukan paruhnya di tanah. Mbah warta penasaran dan melihat apa yang sedang dilakukan oleh burung itu.
Ternyata beliau melihat ada sebuah Kenong (Bende) ditempat burung itu mematukan paruhnya, saat kenong tersebut diangkat keluarlah air dari tempat bekas kenong itu berada.
Ternyata kenong atau masyarakat sering menyebut “Bende” itu milik seorang tokoh yang bernama Mbah Camuluk.
Hingga saat ini sumber mata air ini terus mengalir dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengairi sawah dan juga sebagai sumber air minum. Manfaat nya pun tidak hanya dirasakan oleh masyarakat bumijawa saja akan tetapi lebih luas untuk masyarakat Kabupaten Tegal.
Tradisi Jamasan Bende Camuluk
Jamasan berasal dari bahasa krama inggil (bahasa Jawa pada tingkatan paling tinggi), yakni jamas yang memiliki arti mensucikan, membersihkan, memandikan, merawat maupun memelihara.
Yang mana hal tersebut merupakan bentuk rasa terima kasih, menghormati dan menghargai adanya peninggalan suatu karya seni budaya leluhur kepada generasi selanjutnya.
Sedangkan bende merupakan sejenis gong kecil pada gamelan Jawa yang terbuat dari perunggu atau tembaga. Suara khas dapat dihasilkan dari bende ketika dipukul pada permukaan perunggu atau tembaga tersebut.
Bende Camuluk diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai celah munculnya sumber air yang kini disebut dengan Tuk Jimat Kali Bulakan. Masyarakat Bumijawa rutin menjamas Bende Camuluk setahun sekali tepatnya pada 11 Rabiul Awal, bertepatan dengan peringatan maulid nabi pada keesokan harinya.
Tradisi Jamasan Bende Camuluk sendiri dilakukan dengan prosesi upacara proses pencucian Bende Camuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan oleh juru kunci dengan menyalakan kemenyan disertai dengan iringan sholawat oleh masyarakat Bumijawa.
Malam harinya dilanjut dengan arak-arakan atau pawai, sekaligus memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut rutin dilakukan setiap tahunnya.
Sejarah adanya mata air Tuk Jimat yang ada di Desa Bumijawa Kabupaten Tegal ini tidak lain dari peristiwa seorang tokoh masyarakat bernama Mbah Camuluk yang bertirakat atas perintah Ki Gede Sebayu untuk mencari sumber mata air untuk pengairan wilayah Tegal.
Hingga kemudian diberi nama Tuk Jimat dan di mata air Tuk Jimat juga ada bangunan Belanda menaunginya yang menjadi bukti bahwa Belanda juga dulu memanfaatkan sumber mata air tersebut.
Demikian pembahasan mengenai sejarah adanya mata air Tuk Jimat di Bumijawa Tegal. Semoga bermanfaat.