Slawi, diswaypekalongan.id – Klenteng Hok le Kiong yang ada di Jalan Jendral Ahmad Yani Slawi No 18 ternyata memiliki sejarah menarik untuk dibahas. Bahkan bangunan ini berdiri ratusan tahun yang lalu.
Klenteng Hok le Kiong berdiri sejak tahun 1915 dan kini telah berusia 109 tahun. Tempat ini menjadi tempat ibadah warga Konghucu.
Klenteng Hok Ie Kiong yang ada di Slawi ini terkenal dengan pluralisme yang tinggi, dikarenakan sejumlah masyarakat Indonesia juga menganut kepercayaan tradisional Tionghoa. Maka klenteng ini sering dianggap tempat agama Tridharma, Taoisme, Buddhisme, dan Konghucu.
Berikut ini sejarah dari Klenteng Hok le Kiong yang ada di Slawi. Simak sampai selesai supaya mendapatkan informasi lebih jelasnya.
Sejarah Klenteng Hok le Kiong di Slawi
Klenteng Hok le Kiong sudah ada sejak tahun 1915 silam. Hal itu dibuktikan dengan sebuah papan yang bertuliskan tahun 1915 menggunakan bahasa Belanda dan sebuah prasasti yang menuliskan nama-nama donatur pembangunan klenteng tersebut.
Arti dari Klenteng Hok le Kiong sendiri diartikan sebagai istana yang memancarkan keberuntungan. Klenteng ini kaya akan simbol atau ornamen yang berhubungan dengan kepercayaan aliran Budha, Tao dan Konfusianisme.
Misalnya, atap klenteng berhiaskan sepasang naga sedang memperebutkan matahari. Kemudian wujud naga dalam mitologi Tionghoa merupakan binatang yang melambangkan keadilan, kekuatan dan penjaga barang suci.
Ada yang menarik saat memasuki salah satu ruangan di klenteng ini, yaitu terdapat lukisan dinding Gus Dur atau Abdurrahman Wahid.
Karena Presiden Indonesia ke-4 ini telah banyak berjasa bagi masyarakat Tionghoa.
Berkat jasa Gus Dur lah agama Khong Hu Cu sejajar dengan etnis lain di Indonesia. Bahkan Gus Dur pun yang mencetuskan Perayaan Imlek sebagai hari libur nasional.
Sebagai Simbol Toleransi
Selain bernilai sejarah, klenteng Hok Ie Kiong punya simbol toleransi sama halnya dengan kepercayaan agama lain. Masyarakat Tionghoa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi yang telah diwarisi oleh para leluhurnya.
Misalnya, toleransi dalam bentuk ritual dan sesajian yang berakulturasi dengan kebudayaan setempat yang terus dipegang erat hingga kini bahkan sejak berdirinya Kelenteng Hok le Kiong.
Kerennya lagi saat perayaan ke 100 tahun Klenteng Hok Ie Kiong pada tahun 2015 lalu, klenteng tersebut merayakan dengan hal yang berbeda. Yaitu, merayakan dengan mengundang ulama terkenal Muhammad Luthfi bin Yahya serta tokoh ulama Tegal KH. Khambali Usman. Perayaan itu dihadiri oleh banyak tokoh dan lintas agama.
Tak tanggung-tanggung, dari perayaan 100 tahun tersebut. Klenteng Hok Ie Kiong Slawi sebagai pencetus Forum Silaturahmi Nusantara (FSN) Kabupaten Tegal. Bahkan kantor sekretariat FSN pun berada pada klenteng tersebut.
Dengan adanya Forum Silaturahmi Nusantara (FSN) tentunya berharap dapat tetap kebersamaan, persatuan supaya Indonesia khususnya Kabupaten Tegal tidak mudah pecah belah hingga diadu domba.
Pernah Dilakukan 3 Kali Renovasi
Klenteng Hok le Kiong yang ada di Slawi sangat disayangkan segi keaslian pada bangunan klenteng tersebut. Pasalnya klenteng yang mempunyai jemaat sekitar ratusan itu sudah mengalami 3 kali renovasi.
Artinya sudah tidak ada bangunan yang asli. Meskipun demikian, masih terdapat barang yang orisinil atau asli sejak klenteng berdiri salah satunya patung dewa-dewi, ukiran hingga lukisan.
Demikian pembahasan tentang sejarah dari Klenteng Hok le Kiong yang ada di Slawi. Semoga bermanfaat.