Slawi, diswaypekalongan.id – Beberapa desa di Tegal memiliki sejarah zaman dahulu yang menarik untuk dibahas. Salah satunya seperti Kelurahan Panggung Tegal.
Kelurahan Panggung Tegal merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah. Mengenai sejarahnya terdapat dua versi berdasarkan dari juru kunci makam Mbah Panggung dan versi kedua berdasarkan keterangan dari sesepuh, tokoh masyarakat, tokoh agama wilayah Kelurahan Panggung.
Lalu bagaimana sejarah adanya Kelurahan Panggung Tegal ini? Apakah benar ada tokoh ulama kharismatik yang menyebarkan agama Islam dari Jazirah Arab?
Nah daripada penasaran, artikel ini akan mengulas selengkapnya mengenai sejarah dari Kelurahan Panggung Tegal yang dirangkum berbagai sumber. Simak hingga selesai
Sejarah Kelurahan Panggung Tegal
- Untuk versi pertama menurut juru kunci makam Mbah Panggung
Menurut keterangan dari M. Hasan Muttamimi, juru kunci makam Mbah Panggung (alm), Kelurahan Panggung erat kaitannya dengan sosok Mbah Panggung yang merupakan seorang ulama kharismatik yang hidup antara abad ke-4 hingga abad ke-6.
Nama asli Mbah Panggung adalah Syekh Abdurrahman yang berasal dari Jazirah Arab. Kelurahan Panggung menjadi lokasi pertamanya tiba di Indonesia.
Mbah Panggung kemudian menetap di Panggung untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Hingga akhir hayatnya, dia tetap tinggal di sana.
Juru kunci makam Mbah Panggung, Hasan Mutamimi, mengatakan, nama Mbah Panggung merujuk pada tempat tinggal semasa hidup yang berupa Pulau Karang yang menjulang tinggi di tengah-tengah laut dan masih terpisah dengan Pulau Jawa.
“Karena tempatnya tinggi di atas permukaan laut, seperti panggung, orang-orang yang tahu keberadaan beliau sering menyebut,’Itu Mbah-mbah yang ada di panggung’. Konon dari situ asal muasal sebutan Mbah Panggung,” kata Hasan.
Menurut Hasan, syiar Islam yang dilakukan Mbah Panggung tidaklah mudah. Pada awalnya Mbah Panggung harus berdakwah dengan pendekatan perorangan.
Mbah Panggung juga harus lebih dulu mendayung perahu ke pesisir Pulau Jawa yang kemudian menjadi wilayah Kota Tegal. Tak hanya di Kota Tegal, dakwah yang dilakukannya juga sampai ke Kabupaten Brebes.
“Kondisi masyarakat pada saat itu masih ada yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme,” kata Hasan.
Setiap bulan Sya’ban, makam Mbah Panggung ramai dikunjungi oleh ribuan peziarah yang datang untuk mengikuti acara haul dan pengajian sebagai bentuk penghormatan atas jasanya dalam menyebarkan agama.
- Cerita Berdasarkan Keterangan Sesepuh dan Tokoh Masyarakat
Sejarah Kelurahan Panggung Tegal untuk versi kedua berasal dari cerita yang dituturkan oleh sesepuh, tokoh masyarakat, dan tokoh agama di Kelurahan Panggung. Cerita ini tidak tercatat dalam dokumen resmi pemerintahan desa, tetapi disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi.
Meskipun tidak memiliki detail yang rinci tentang kehidupan Mbah Panggung, cerita ini mengakui peran pentingnya dalam sejarah dan perkembangan Kelurahan Panggung.
Asal Usul Nama Panggung
Nama “Panggung” digunakan untuk menyebut wilayah yang mencakup Kelurahan Panggung. Selain itu, nama ini juga merujuk pada wilayah-wilayah seperti “Panggung Depo” dan “Panggung Baru”.
Istilah “Panggung Kepanjen” diperkirakan muncul pada zaman pemerintahan Bupati Martoloyo. Nama ini terkait dengan sosok Mbah Panji, seorang pendatang dari wilayah selatan yang berkelana ke utara dan menetap di wilayah ini.
Mbah Panji dikenal karena mengajarkan seni bela diri dan ilmu kesaktian kepada masyarakat setempat.
Demikian pembahasan mengenai sejarah Kelurahan Panggung Tegal. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan baru.