Tegal, diswaypekalongan.id – Bagi warga Tegal dan sekitarnya pasti sudah tak asing lagi dengan Kampung Paweden dan Pokanjari. Daerah tersebut merupakan pemukiman warga Etnis Tionghoa yang ternyata sudah ada sejak abad ke 18 lho.
Kampung Paweden dan Pokanjari ini sama-sama dihuni warga Etnis Tionghoa. Namun yang menjadi pusatnya disebut Kampung Paweden.
Nah pada kesempatan hari ini, artikel ini akan membahas mengenai Kampung Paweden dan Pokanjari yang merupakan kawasan Chinatown di Kota Tegal. Simak hingga selesai
Mengenal Kampung Paweden
Kampung Paweden merupakan daerah pusat pemukiman Etnis Tionghoa yang terletak di Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Wilayah Chinese Town Tegal ini melebar di kanan kiri dari Perempatan Jalan Veteran Tegal hingga Balai Kota Lama.
Kampung Paweden tidak hanya sebatas menjadi kawasan tempat tinggal warga keturunan Etnis Tionghoa saja, tetapi juga menjadi tempat tumbuhnya sejumlah industri yang dikelola warga keturunan Tionghoa.
“Di situ muncul industri pembuatan kue latopia, terasi, pabrik kerupuk, udang dan kecap yang didirikan oleh warga etnis Tionghoa,” ujar Wijanarto, sejarawan Pantura.
Dari sejumlah industri tersebut, salah satu yang masih bertahan hingga kini adalah latopia. Di Kampung Paweden, terutama di Jalan Paweden 100, bisa dijumpai sejumlah rumah warga keturunan Tionghoa yang juga dijadikan tempat produksi dan toko latopia. Beberapa di antaranya sudah dijalankan dari generasi ke generasi.
Pembuatan kue pia itu kini juga tak hanya dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa, tetapi juga warga pribumi dan menjadi salah satu makanan khas Tegal yang bisa menjadi oleh-oleh bagi para pelancong.
Mengenal Kawasan Pokanjari (Pondok Makan Jalan Teri)
Selain Kampung Paweden ada juga kawasan pecinan lainya adalah sentra kuliner Pokanjari atau Pondok Makan Jalan Teri. Untuk lokasinya ada di Jalan Teri atau berada di sisi barat Jalan Veteran.
Di dalam Pokanjari ini berjajar berbagai macam warung makan hingga restoran dengan berbagai menu. Mulai dari menu masakan China Hingga masakan tradisional khas Tegal yang berjualan dari sore hingga malam hari.
Pada pagi hari di sisi timur Jalan Teri menjadi pasar kecil yang menjajakan berbagai macam jajanan.
Mulai dari jajanan tradisional jawa hingga yang khas pecinan bisa ditemukan pada pagi hari.
Tentu menjadi hal yang menarik mengunjungi daerah Pecinan Tegal sembari berburu kuliner khasnya.
Kampung Paweden dan Pokanjari
Munculnya Kampung Pecinan di Kota Tegal sendiri menurut Wijanarto berawal ketika terjadi kerusuhan etnis di Batavia (sekarang Jakarta) pada 1740.
Ketika itu banyak orang-orang etnis Tionghoa yang meninggalkan Batavia dan lari ke wilayah Jawa bagian timur, termasuk ke sejumlah kota di pesisir pantura mulai dari Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang hingga Lasem Rembang.
Di daerah-daerah yang akhirnya ditinggali hingga turun-temurun itu, mereka membentuk komunitas dan kampung yang kemudian disebut Kampung Pecinan.
”Jadi kurang lebih orang-orang Tionghoa sudah berada di Tegal sejak sekitar abad ke 18,” ujar Wijanarto.
Selain membentuk komunitas, para etnis Tionghoa yang menetap di Kota Tegal juga mendirikan kelenteng sebagai sarana untuk beribadah.
Klenteng tersebut yakni Kelenteng Tek Hay Kiong yang berlokasi di Jalan Gurame, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat.
Kelenteng tertua di Kota Tegal ini diperkirakan dibangun pada 1760 dan hingga kini masih digunakan untuk beribadah. Bahkan setiap tahunnya di area klenteng diadakan festival Cap Go Meh dan hari jadi klenteng.
Demikian pembahasan mengenai Kampung Paweden dan Pokanjari yang ada di Kota Tegal. Semoga bermanfaat.