pemalang, diswaypekalongan.id – Sarung Goyor khas Pemalang sudah ada sejak 1822 dan masih eksis hingga sekarang lho. Kain ini merupakan simbol identitas Pemalang.
Nama kain Sarung Goyor khas Pemalang sendiri diambil dari bahasa jawa yaitu Goyor yang berarti lembek dan merujuk pada tekstur sarung yang cenderung halus dan tidak kaku saat digunakan.
Awal mula sejarahnya Sarung Goyor khas Pemalang pada tahun 1965, masyarakat Wanarejan mendirikan sebuah koperasi bernama Doktet, yang merupakan gabungan pertenunan di Pemalang, untuk mengelola produksi sarung ini.
Namun, baru pada tahun 1970-an sarung ini mulai dikenal luas dengan nama Sarung Goyor. Pada awalnya, sarung ini dikenal sebagai sarung palekat atau sarung kembang.
Transformasi nama dan popularitasnya terjadi secara bertahap hingga mencapai puncaknya pada tahun 1980-an. Dengan semakin meningkatnya permintaan, produksi Sarung Goyor menjadi salah satu sektor ekonomi yang penting bagi masyarakat Wanarejan.
Awal Mula Perkembangan Sarung Goyor
Dikutip dari laman pemalangkab.go.id, menurut cerita yang ada, perkembangan sarung goyor di beberapa daerah tersebut berawal dari Pemalang.
Sarung ini populer di kalangan masyarakat Melayu, dan berasal dari tradisi masyarakat Badui di Yaman, Semenanjung Arab. Masyarakat di sana mencelupkan kain berwarna putih ke bahan pewarna yang berwarna hitam.
Kain tersebut adalah kain yang dipakai sehari-hari di dalam rumah maupun saat hendak pergi tidur. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini meluas hingga ke Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa.
Pada abad ke-14, saudagar-saudagar Arab dan Gujarat berdagang ke Indonesia dan mulai mengenalkan sarung. Pada perkembangannya, sarung di Indonesia identik dengan kebudayaan Islam.
Penggunaannya pun lantas tidak sebatas keseharian saja melainkan juga di acara-acara resmi dan tempat-tempat ibadah.
Motif Sarung Goyor
Sarung Goyor khas Pemalang dikenal bahan kainnya lembut dan tidak kaku saat digunakan. Selain itu sarung ini memiliki beragam motif yang menarik.
Beragam motif yang ada seperti motif kembangan (bunga), prilikan, dan nanasan. Motif nanasan telah menjadi ciri khas sarung goyor Pemalang yang identik dengan nanas.
Masing-masing motifnya memiliki makna. Ramainya gambar yang ada pada motif kembangan dan nanasan mengusung keindahan dan estetika bagi para pemakainya. Adapun motif prilikan sendiri bermakna kesederhanaan
Proses Pembuatan Sarung Goyor
Proses pembuatan Sarung Goyor khas Pemalang masih dilakukan dengan cara tradisional. Kebanyakan pengrajin masih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATMB) yang berbahan dasar kayu.
Proses pembuatan Sarung Goyor khas Pemalang dimulai dari pemilihan benang putih yang kemudian dicelup ke dalam pewarna dan dijemur. Setelah itu, benang tersebut melalui proses keteng (penggulungan benang). Selanjutnya, benang ini diikat dan ditenun.
Proses pewarnaan melibatkan beberapa tahapan dimana benang dicelup dan diikat sesuai pola yang diinginkan sebelum akhirnya dijemur lagi. Setelah proses penenunan selesai, kain sarung dijahit, dicuci, dan dikemas sebelum siap dijual.
Warna dari Sarung Goyor khas Pemalang dikenal awet dan tidak mudah pudar. Bahkan setelah dua tahun penggunaan terbukti masih aman, sementara produk dari luar Pemalang warnanya cepat memudar.
Harga Sarung Goyor
Kerennya Sarung Goyor khas Pemalang tak hanya dipasarkan di dalam negeri ternyata di eskpor juga hingga ke Timur Tengah.
Bicara soal harga satu Sarung Goyor khas Pemalang beragam, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp300 ribu tergantung pada kualitas dan bahan yang digunakan.
Demikian pembahasan mengenai Sarung Goyor khas Pemalang. Semoga bermanfaat.