Brebes, diswaypekalongan.id – Tahukah kamu kalau Desa Kalinusu di Bumiayu memiliki cerita sejarah panjang yang menarik untuk kita bahas. Konon katanya dulu di desa tersebut bekas wilayah Kerajaan Pajajaran.
Desa Kalinusu di Bumiayu adalah sebuah desa yang berada di sebelah barat desa Bumiayu. Desa ini berada kurang lebih 7 km dari kecamatan Bumiayu dan di dalamnya mengalir sungai Keruh dan Pemali.
Desa Kalinusu di Bumiayu dikatakan sebagai desa terluas yang ada di Kabupaten Brebes. Berdasarkan data, luas Desa Kalinusu adalah 3.268,59 Ha atau sekitar 39,82 persen luas wilayah Bumiayu.
Sejarah nama Desa Kalinusu ini yang wilayahnya didominasi hutan dan sawah tersebut, konon berasal dari dua kata kali dan nusu. Jika diartikan masing-masing katanya, kali berarti sungai, sedangkan nusu adalah menyusui.
Gabungan dua kata tersebut dari sejarah Desa Kalinusu di Bumiayu yang berkembang dari mulut ke mulut bisa diartikan sungai untuk menyusui.
Ini tercermin dengan banyaknya warga pendatang yang datang ke desa Kalinusu, untuk sekedar mencari tempat tinggal dan menggarap hutan. Sebagian penduduknya bermata pencaharian petani.
Saat ini Desa Kalinusu mempunyai 13 pedukuhan, yakni Kedung Kandri, Karanganyar, Beji, Kutagaluh, Krajan Tengah, Krajan Timur, Kampung Baru, dan Sitireja. Kemudian ada pula Dukuh Petahanan, Dukuh Kemiri, Glempang, Dukuh Saljan dan Maribaya.
Lalu bagaimana sejarah dari Desa Kalinusu di Bumiayu? Buat kamu yang penasaran jangan lupa simak hingga selesai.
Sejarah Desa Kalinusu di Bumiayu
Jika menilik nama salah satu pedukuhan di Desa Kalinusu, yakni Kuta Galuh, desa ini konon berkaitan erat dengan Keberadaan Kerajaan Galuh Purba.
Dari banyak cerita yang berkembang di masyarakat, kerajaan tersebut berada di lereng Gunung Slamet sekitar abad 6-7 Masehi.
Bahkan tak sedikit pula yang menyebut bahwa kerajaan tersebut menjadi nenek moyang dan cikal bakal Kerajaan Galuh Sunda atau Pajajaran.
Apalagi kawasan hutan yang luasnya mencapai sekitar 1.850 hektare itu, adalah merupakan titik perlintasan antara hutan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sedangkan saat masa perang gerilya, di daerah ini juga menjadi lokasi yang cukup strategis sebagai daerah pertahanan. Sehingga tidaklah mengherankan, jika Desa Kalinusu juga terkenal sebagai basis perjuangan gerilya para pejuang kemerdekaan mulai zaman perang Diponegoro, perang 1945, dan DI/TII.
Nah, dari sejarah Desa Kalinusu di Bumiayu yang panjang itu, hingga kini pun wilayahnya masih kerap dijadikan tempat untuk lokasi latihan militer. Selain masa kemerdekaan, perkembangan Desa Kalinusu juga tidak bisa dipisahkan dari peranan dan perjuangan Ki Suradipa.
Yaitu seorang tokoh pejuang (kiai) dan petani di awal abad 20 atau sekitar tahun 1917-an. Ki Suradipa lah yang menginisiasi perjuangan membangun irigasi bersama-sama masyarakat sekitar sepanjang 7 km, untuk mengairi sawah para petani seluas kira-kira 500 hektare.
Sehingga sudah sejak dulu, Desa Kalinusu dikenal sebagai desa tempuran, yang berarti tempat untuk membeli beras warga desa-desa di sekitarnya.
Sayangnya kendati dikenal sebagai sentra beras, namun infrastruktur penunjang jalur distribusinya masih minim.
Warga Desa Kalinusu juga mempunyai tradisi unik sebagai sarana pemersatu warga, yakni Muludan setiap malam 12 Rabiul Awal.
Dalam acara ini dihadiri para sesepuh, tokoh, dan masyarakat desa di depan halaman Pemakaman Ki Suradipa seluas sekitar 2 hektar.
Selain merupakan bagian dari sejarah Desa Kalinusu di Brebes, acara tersebut juga menjadi pengingat supaya pertanian tetap dijaga sesuai dengan ajaran Islam.
Demikian pembahasan mengenai sejarah dari Desa Kalinusu di Bumiayu. Semoga bermanfaat.