Termasuk Stasiun Besar Tipe C, Intip Sejarah Stasiun Pekalongan yang Masih Satu Perusahaan dengan SCS

sejarah Stasiun Pekalongan
sejarah Stasiun Pekalongan

Pekalongan, diswaypekalongan.id – Artikel kali ini akan membahas sejarah Stasiun Pekalongan. Stasiun Besar Kota  Pekalongan (PK) merupakan Stasiun Kereta Api yang terletak di Jl. Gajah Mada, Bendan,  Pekalongan Barat, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Stasiun Pekalongan ini berada di tempat yang sangat strategis karena persis berada di Jalan Pantura. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 m dpl ini berada di di Daerah Operasi (DAOP) 4 Semarang.

Stasiun Pekalongan mulai dibuka untuk umum sejak 1 Februari 1899. Pembukaan itu sekaligus peresmian lintas seksi terakhir Pekalongan–Pemalang sejauh 33,8 Kilometer dari total keseluruhan pembangunan jalur trem uap Cirebon-Pekalongan-Semarang.

Sama seperti stasiun-stasiun lain pada lintas yang sama, awalnya perusahaan trem partikelir Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) membangun Stasiun Pekalongan dengan bentuk cukup sederhana. Desain stasiun lama (1899–1919) saat itu lebih mengutamakan fungsi bangungan tanpa adanya ukiran-ukiran atau ornamen unik lainnya.

Mengenai sejarah Stasiun Pekalongan menarik untuk kita bahas. Lalu bagaimana kelanjutan selengkapnya?

Berikut ini sejarah Stasiun Pekalongan secara lengkap. Oleh karena itu kamu mesti baca hingga selesai supaya menambah wawasan baru ya.

Sejarah Stasiun Pekalongan

Stasiun Pekalongan merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Sebelum stasiun ini dibangun, terlebih dulu dilakukan pembangunan jalur trem uap Semarang-Kaliwungu-Kendal-Kalibodri-Weleri-Pekalongan.

Namun sayangnya jalur trem uap tersebut dibongkar oleh para pasukan Jepang saat Perang Dunia II.

Stasiun Pekalongan mulai dibuka untuk umum sejak 1 Februari 1899. Pembukaan itu sekaligus peresmian lintas seksi terakhir Pekalongan–Pemalang sejauh 33,8 Kilometer dari total keseluruhan pembangunan jalur trem uap Cirebon-Pekalongan-Semarang.

Sama seperti stasiun-stasiun lain pada lintas yang sama,awalnya perusahaan trem partikelir Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) membangun Stasiun Pekalongan dengan bentuk cukup sederhana.

Baca Juga:  Dinperpa Kota Pekalongan Beri Himbauan Masyarakat untuk Mengurangi Sampah Organik, Demi Ciptakan Lingkungan Sehat

Desain stasiun lama (1899–1919) saat itu lebih mengutamakan fungsi bangungan tanpa adanya ukiran-ukiran atau ornamen unik lainnya.

Sepanjang tahun-tahun awal operasional stasiun,penggunaannya lebih banyak ditujukan untuk tempat mengumpulkan hasil panen tanaman ekspor sebelum dikirim ke pelabuhan Semarang.

Sebelum direnovasi, Stasiun Pekalongan lama hanya terdiri dari bangunan utama, yaitu ruang administrasi stasiun yang terbuat dari bangunan bata sederhana dengan atap genteng dan kanopi tang kayu untuk tempat penumpang dan bongkar barang.

Stasiun Kota  Pekalongan Sementara,seiring pergantian abad,kritikan kaum liberal terhadap sistem tanam paksa (1830-1870) mengubah pola pikir sebagian orang Belanda tentang tanggung jawan moral mereka terhadap kesejahteraan bangsa pribumi di Indonesia.

Puncaknya ditandai dengan pidato Wilhelmina saat pelantikannya menjadi Ratu Belanda apda 17 September 1901. Pidato tersebut membuahkan kebijakan politis etis,salah satunya mengenai pendidikan kepada kaum pribumi.

Walaupun masih terbatas, sekolah-sekolah untuk pribumi dibuka di kota-kota besar Pulau Jawa seperti Batavia, Bandung, Semarang dan Surabaya di sepanjang awal abad ke-20 . Tak terkecuali di Pekalongan, cukup banyak kaum keluarga priyayi yang menyekolahkan anak-anak mereka ke Semarang.

Selain kaum terpelajar, banyak orang dari pedesaan yang mendaftar kerja ke kontraktor-kontraktor BOW (Kementrian PU Belanda) dan dikirim ke daerah lain di pulau jawa untuk mengerjakan berbagai proyek pemerintahan. Dengan demikian lalulintas penumpang antar kora di stasiun  Pekalongan menjadi lebih ramai.

Pada proyek peningkatan jalan Trem Cirebon-Pekalongan-Semarang menjadi jalur kereta api (1912-1921), stasiun Pekalongan turut direnovasi besar. SCS membongkar stasiun lama dan membangun stasiun baru yang lebih megah. Peresmian stasiun baru Pekalongan dilaksanakan pada tahun 1919.

Arsitekturnya pun dibuat untuk menyambut lebih ramah kepada penumpang, Kanopi yang menaungi peron penumpang dibuat berbahan genteng merah.

Baca Juga:  Resto & Cafe Surga Rasa di Batang, Tawarkan Suasana Nyaman dengan banyak Spot

Tutupan samping kanopi tidak berubah bentuknya, tetapi ditambah delapan belas jendela kotak kaca selain menimbulkan kesan modern juga sebagai ventilasi cahaya agar suasana di bawah kanopi lebih terang.

Hal itu penting, karena di bawah kanopi terdapat beberapa bangunan batu bata yang digunakan sebagai kantor administrasi lokal dan urusan pelayanan kereta api. Adapun desain bangunan-bangunan di bawah kanopi itu masih ada pengaruh gaya Yunani kuno, tetapi lebih banyak bernuansa “Art Nouveau” yaitu sederhana dan sedikit ornamen.

Campuran kesederhanaan bangunan bawah kanopi dan pemandangan kerumitan balok-balok kayu saling tersambung pada bagian bawah atap kanopi justru memberikan kesan megah kepada orang yang melihatnya.

Selain untuk penumpang, Stasiun Pekalongan juga tetap melayani angkutan barang termasuk kereta api lintas cabang dari daerah gula Wonopringgo yang dikirim langsung ke Semarang.

Sedangkan jalur-jalur angkutan lori barang sepur sempit (600 mm) dari pelosok karesidenan terpisah dari peron penumpang.

Demikian pembahasan mengenai sejarah Stasiun Pekalongan. Semoga bermanfaat.