Melihat Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan yang Menarik Perhatian, Siapakah Sosok Pahlawan Dibalik Patung Itu?

Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan
Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan

Pekalongan, diswaypekalongan.id – Bagi warga Pekalongan pastinya sudah tidak asing lagi dengan Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan ini yang menarik perhatian. Monumen ini berdiri gagah di area Stadion Hoegeng lebih tepatnya di depan pintu utama di stadion ini. 

Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan memiliki ketinggian patung sekitar 9 meter dengan dudukannya 3 meter dan ada peninggian tanah dari aspal 1,3 meter sama seperti di Tugu Perjuangan.

Dikutip dari laman Pemkot Pekalongan, Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan dibangun sejak bulan Agustus 2023 dan peletakan batu pertama dilakukan pada bulan September 2023. Monumen ini diresmikan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 11 November 2023.

Berikut ini ulasan selengkapnya mengenai Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan. Simak hingga selesai.

Tujuan Didirikannya Monumen Hoegeng

Dikutip dari laman Pemkot Pekalongan, tujuan didirikannya Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan ini bukan tanpa alasan. Didirikannya monumen ini untuk mengenang sosok Jenderal Hoegeng Iman Santoso yang dikenal keberanian dan kejujurannya.

Monumen ini merupakan suatu tetenger atau sebagai monumen yang bisa dikenang tidak hanya untuk Kepolisian Negara Republik Indonesia tetapi oleh masyarakat Pekalongan dan masyarakat Indonesia.

Mengingat, Jenderal Hoegeng ini merupakan Kapolri yang lahir di Kota Pekalongan. Kiprahnya sangat melegenda dan sangat menginspirasi sehingga keteladanan sosok Jenderal Hoegeng ini bisa dicontoh oleh para generasi penerus bangsa.

Siapakah Sosok Jenderal Hoegeng Iman Santoso? 

Dilansir laman Perpusnas, Jenderal Polisi (Purn) Drs. Hoegeng Iman Santoso, lahir di Pekalongan pada tanggal 14 Oktober 1921. Jenderal Hoegeng merupakan Kapolri ke-5 yang menjabat sejak 1968 hingga 1971. Sebelumnya ia juga pernah berkarir di Kota Pekalongan.

Pada usia enam tahun, ia mengenyam pendidikan HIS (Hollandsch Inlandsche School), kemudian melanjutkan ke MULO (1934) dan menempuh sekolah menengah di AMS Westers Klasiek (1937). Setelah itu, belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia tahun 1940.

Baca Juga:  BPBD Kota Pekalongan Melatih dan Kenalkan Siswa MAN 1 dalam Hadapi Bencana dengan Sosialisasi SPAB

Sewaktu pendudukan Jepang, Hoegeng pernah mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Selanjutnya pada tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, AS.

Dari situ, ia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Kemudian pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara.

Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada 2 Oktober 1971. Atas semua pengabdiannya kepada negara, ia telah menerima sejumlah tanda jasa, seperti Bintang Gerilya, Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara I, Bintang Kartika Eka Paksi I, Bintang Jalasena I, dan Bintang Swa Bhuwana Paksa I.

Jenderal (Purn) Hoegeng pun menerima sederet Satya Lencana, misalnya SL Sapta Marga, SL Perang Kemerdekaan (I dan II), SL Peringatan Kemerdekaan, SL Prasetya Pancawarsa, SL Dasa Warsa, SL GOM I, SL Yana Utama, SL Penegak dan SL Ksatria Tamtama.

Hoegeng Iman Santoso meninggal dunia di RSCM Jakarta, pada 14 Juli 2004, akibat mengalami stroke, penyumbatan saluran pembuluh jantung, dan pendarahan bagian lambung. Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giri Tama, Desa Tonjong, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat pada 14 Juli 2004.

Demikian pembahasan mengenai Monumen Hoegeng di Kota Pekalongan. Semoga bermanfaat.