Mengenal Tradisi Lopis Raksasa, Dilakukan Setiap Bulan Syawalan di Pekalongan Jawa Tengah

tradisi lopis raksasa di Pekalongan
tradisi lopis raksasa di Pekalongan

Pekalongan, diswaypekalongan.id – Setiap daerah memiliki tradisi unik dan menarik perhatian masyarakat luar. Salah satunya seperti tradisi lopis raksasa yang dilakukan masyarakat Krapyak Pekalongan, Jawa Tengah. 

Tradisi lopis raksasa dilakukan seminggu setelah hari raya idul fitri. Dalam tradisi ini hal yang menarik perhatian karena lopis berukuran raksasa yaitu setinggi 2 meter dengan diameter 1,5 meter dan berat mencapai 225 kilogram.

Nah tradisi lopis raksasa ini ternyata sudah ada sejak 1885, namun tradisi ini mulai dilakukan secara besar-besaran pada tahun 1950. Tradisi ini meskipun sudah ada sejak zaman dahulu tapi masih tetap dilestarikan hingga saat ini.

Berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai tradisi lopis raksasa yang ada di Pekalongan. Simak artikel ini hingga selesai.

Proses Pembuatan Lopis Raksasa

Dikutip dari laman journal.undiksha, proses pembuatan lopis raksasa ini memakan waktu 3 hari 4 malam dan membutuhkan bahan ½ kuintal beras ketan, 1000 liter santan, kelapa, garam dan daun pisang sebagai pembungkus.

Pembuatan lopis raksasa ini dilakukan secara gotong royong dan untuk masalah dana pembuatan lopis raksasa mendapat bantuan dari Pemda Pekalongan sebesar Rp 24-Rp30 juta.

Selain mempersiapkan pembuatan lopis raksasa, masyarakat Desa Krapyak juga mempersiapkan hidangan dan jajanan pelengkapnya. Setelah lopis matang akan didinginkan terlebih dahulu semalam dan paginya akan dihias.

Proses Tradisi Lopis Raksasa

Setelah selesai dihias lopis tersebut akan didoakan oleh tokoh agama dan selanjutnya dikirab keliling kampung. Kemudian lopis raksasa akan dipotong oleh Walikota Pekalongan sebelum dibagikan kepada masyarakat secara gratis.

Saat pembagian lopis berukuran raksasa ini masyarakat biasanya akan saling berebut untuk mendapatkan lopis yang katanya akan mendapatkan berkah.

Masyarakat Desa Krapyak juga biasanya turut menyediakan makanan ringan dan minuman secara gratis untuk para pengunjung yang berasal dari Kota Pekalongan dan sekitarnya.

Baca Juga:  Sosialisasi Pengolahan Sampah Dapur Warga Bendan, Terapkan Upaya Media Biowash

Setelah pembagian lopis selesai, pengunjung biasanya akan menuju ke obyek wisata Pantai Slamaran Indah untuk berlibur bersama keluarga.

Makna Lopis dalam Proses Tradisi

Makna lopis dalam tradisi tersebut memiliki arti tersendiri lho. Lopis yang bertekstur lengket juga memiliki filosofi tersendiri, yakni menggambarkan silaturahmi yang erat antar warga.

Selain itu, lopis juga dibungkus dengan daun pisang juga melambangkan Islam dan kemakmuran. Daun pisang yang digunakan tidak boleh terlalu tua maupun terlalu muda karena akan berpengaruh pada cita rasa lopis.

Lopis juga diikat dengan menggunakan tali pelepah pisang yang melambangkan kekuatan. Pengikat ini juga bisa diartikan sebagai jalinan silaturahmi antar umat muslim.

Sejarah Tradisi Lopis Raksasa

Dikutip dari laman Nu Online, menurut sejarah sosok yang pertama kali memelopori tradisi Syawalan ini adalah seorang adalah ulama Krapyak yaitu KH Abdullah Sirodj yang masih keturunan Tumenggung Bahurekso (Senopati Mataram).

Awal mulanya KH Abdullah Sirodj rutin melaksanakan puasa Syawal yang kemudian diikuti masyarakat sekitar Krapyak dan Pekalongan.

Sehingga meski masih dalam suasana hari raya, warga tidak bersilaturahmi demi menghormati yang masih melanjutkan ibadah puasa Syawal. Baru pada hari ke-8 Syawal, suasana Lebaran di wilayah ini mulai benar-benar terasa.

KH Abdullah Sirodj kemudian memilih suguhan lopis sebagai simbol Syawalan di Pekalongan karena panganan yang terbuat dari beras ketan yang memiliki daya rekat yang kuat, sehingga menyimbolkan persatuan.

Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1885, namun perayaannya mulai dilakukan secara besar-besaran pada tahun 1950 dengan memotong lopis berukuran besar oleh kepala daerah setempat.

Kemudian makna Tradisi Lopis Raksasa di Kota Pekalongan KH Tubagus Surur mengungkap bahwa makna tradisi ini memang berkaitan dengan filosofi dari lopis. Menurutnya, ketan yang menjadi bahan dasar lopis memiliki makna persatuan yang dalam bahasa Jawa disebut dengan kraket berarti erat.

Baca Juga:  3 Tempat Wisata di Pekalongan Timur, Cocok untuk Liburan atau Ngabuburit di Bulan Ramadhan 

Beras ketan yang putih bersih lanjutnya, juga memiliki makna kesucian atau kembali fitri yang terkait dengan suasana lebaran.

Nah itu dia beberapa penjelasan mengenai tradisi lopis raksasa yang dilakukan di Desa Krapyak Pekalongan. Semoga bermanfaat.