Pekalongan, diswaypekalongan.id – Selain dikenal dengan julukan kota batik, di Pekalongan juga memiliki tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi tersebut yaitu tradisi bubur suro.
Dikutip dari laman Instagram@ticpekalongan, tradisi bubur suro dilakukan di bulan 10 Muharram untuk memperkenalkan kuliner bubur tradisional yang dikemas melalui festival.
Tujuan tradisi bubur suro yaitu menjadikan momentum untuk membangun tali silaturahmi dan mengembangkan potensi, kreativitas dan budaya di daerah Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah.
Pada tahun lalu acara tradisi ini diinisiasi oleh Komunitas Jalan Jlamprang (Kujajal) Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan bersama dengan Pemerintah Kota Pekalongan dilakukan di Kawasan Jalan Jlamprang, tepatnya di dekat Masjid Aulia Krapyak
Berikut ini ulasan selengkapnya mengenai tradisi bubur suro yang dilakukan masyarakat Desa Krapyak, Pekalongan. Simak hingga selesai.
Proses pembuatan bubur suro
Bubur suro sendiri berbahan dasar beras ditambah berbagai bumbu, rempah, jinten, kacang hijau dan santan. Bahan baku direbus dan diaduk secara terus menerus hingga tercampur rata.
Proses memasak bubur suro dilakukan sejak pagi hingga beberapa jam dengan cara gotong royong oleh warga, terutama ibu-ibu warga Desa Krapyak.
Setelah bubur suro selesai dimasak, selanjutnya diletakkan dalam wadah takir (daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk).
Dalam penyajiannya ditambahkan daging, ikan laut, telur dan sayuran. Makanan khas ini kemudian didoakan sebelum dibagikan kepada warga dan dimakan bersama.
Antusias warga mengikuti tradisi bubur suro
Setiap tahun tradisi bubur suro ini dilakukan dan sangat dinanti-nanti oleh masyarakat. Pada festival itu terdapat gunungan bubur suro dalam bungkusan daun pisang dengan jumlah banyak.
Pada tahun lalu sebanyak 3000 porsi bubur suro dibagikan secara gratis kepada masyarakat Kota Pekalongan dan sekitarnya.
Dikutip dari laman website Pemerintah Pekalongan, salah satu pengunjung Festival Bubur Suro, Aneta mengaku senang bisa berpartisipasi langsung dan mendapatkan bubur suro secara gratis yang dibagikan oleh panitia.
Ia sengaja datang bersama keponakannya untuk menyaksikan Festival Bubur Suro yang menjadi tradisi tahunan di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan.
“Alhamdulillah senang bisa dapat seporsi bubur suro, walaupun tadi susah banget dapetinnya karena harus berdesak-desakkan dengan ribuan warga yang hadir. Semoga tradisi ini tetap ada dan bisa terus dilestarikan,” pungkasnya.
Banyak kegiatan menarik lainnya
Acara Festival Bubur Suro ini selalu meriah di setiap tahunnya dan terdapat beragam kegiatan menarik lainnya, antara lain kirab gunungan suro, lomba menggambar, lomba fashion show, lomba menyanyi, festival kuliner, kompetisi memasak hingga hiburan keroncong.
Cikal bakal bubur suro
Menurut beberapa sumber, cikal bakal bubur suro dari Turki yang diyakini menjadi tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh. Tradisi itu dibawa ke Asia Tenggara dan masuk Indonesia. Di sini, pembuatan bubur suro disesuaikan dengan cita rasa khas nusantara.
Sedangkan Bubur Suro Krapyak lebih beraromatik Arab atau India. Bahan-bahan utamanya beras, kacang ijo dan jagung yang dimasak hingga kalis bersama kaldu dan daging. Adapun lauknya beraneka ragam seperti buliran jeruk, rempah kelapa, telur, udang, kacang panjang dan lainnya
Demikian pembahasan mengenai tradisi bubur suro yang dilakukan masyarakat Krapyak, Pekalongan. Semoga bermanfaat.