Kajen  

Mengenal Tradisi Gunungan Megono di Pekalongan, Dilakukan Setelah Syawalan dan Selalu Meriah

tradisi gunungan megono di Pekalongan
tradisi gunungan megono di Pekalongan

Kajen, diswaypekalongan.id – Kota yang memiliki julukan kota batik ini memiliki tradisi syawalan yang beragam seperti lopis raksasa, bubur suro dan tradisi gunungan megono. Seperti kita tahu megono sendiri merupakan makanan khas Kabupaten Pekalongan. 

Tradisi gunungan megono merupakan salah satu tradisi syawalan yang berada di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Tradisi ini diadakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.

Tradisi gunungan megono merupakan sebuah acara yang menampilkan berbagai macam makanan dan dibentuk menyerupai gunung. Setelah itu diarak arak oleh warga Desa Linggoasri dan acaranya selalu ramai ditunggu-tunggu masyarakat.

Nah berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai tradisi gunungan megono di Pekalongan. Simak hingga selesai.

Sejarah Awal Mula Adanya Tradisi Gunungan Megono

Awal mula adanya sejarah tradisi gunungan megono di Pekalongan sudah ada sejak 2012. Adanya tradisi ini tidak lepas dari peran serta pemerintah kabupaten, dinas pariwisata, dan tokoh budaya pada masa Bupati Pekalongan ketiga, yakni Amat Antono.

Pada mulanya tujuan dari pelaksanaan tradisi gunungan megono adalah untuk menarik wisatawan berkunjung ke objek wisata di Desa Linggoasri serta membangkitkan ekonomi lokal.

Hingga saat ini tradisi gunungan megono masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa Linggoasri.

Apa Itu Megono? 

Nah buat kamu yang belum tahu apa itu megono adalah makanan terbuat dari potongan nangka muda dengan perpaduan kelapa parut yang dibumbui sehingga memiliki cita rasa gurih.

Makna Tradisi Gunungan Megono

Dikutip dari laman Scribd karya Fiki Himayatul Aliyah, tradisi gunungan megono mempunyai fungsi folklor bagi masyarakat pendukungnya yaitu sebagai fungsi spiritual, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi hiburan dan fungsi budaya.

Baca Juga:  Serunya Main Air di Tapak Menjangan di Pekalongan, Harga Tiketnya Cuma Rp3000 an dan Pas untuk Liburan Hemat

Masyarakat yang mengikuti tradisi gunungan megono ini percaya akan mendapatkan berkah pada tradisi ini.

Dalam acara ini juga diisi dengan penampilan tari gambyong, rebana maupun drumband.

Tradisi Gunungan Megono Selalu Ramai

Puncak tradisi gunungan megono  selalu ramai dan tradisi ini dimeriahkan tidak hanya gunungan megono saja akan tetapi ada ada juga hasil bumi seperti sayur mayur, buah buahan yang dibuat mirip dengan gunung dan dilombakan antar kecamatan.

Prosesi Tradisi Gunungan Megono

Prosesi kirab tradisi gunungan megono ini dari lapangan desa Linggoasri hingga ke lapangan parkir objek wisata Linggoasri.

Untuk gunungan megono sendiri tidak dikirab untuk meminimalisir resiko kerusakan, namun Megono tersebut telah disiapkan pada tujuan akhir kirab yaitu lapangan parkir objek wisata Linggoasri.

Setelah itu melakukan doa bersama dan dilanjutkan sambutan dari bupati, panitia penyelenggara serta dinas pariwisata.

Kemudian acara puncak yang paling dinanti oleh masyarakat yaitu saat perebutan gunungan megono. Setelah prosesi mengarak Megono Gunungan selesai, acara dilanjutkan dengan makan bersama.

Memiliki Simbol Religius

Tradisi gunungan megono di Pekalongan ini sebagai mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan berkat melimpahnya hasil bumi. Selain itu, tradisi ini juga memiliki simbol nilai religius.

Ada beberapa Masyarakat yang mempercayai bahwa gunungan megono bisa memberikan kesuburan dan panen melimpah pada tanaman dengan cara menaburkan megono gunungan tersebut ke tanaman mereka.Oleh karena itu, gunungan ini dianggap sakral dan harus dirawat dengan baik.

Demikian pembahasan mengenai tradisi gunungan megono dan arakan hasil bumi di Pekalongan. Semoga bermanfaat.