Kajen  

Asal Usul Nama Desa Jeruksari di Kabupaten Pekalongan, Berawal dari Pemberontakan di Mataram

Asal usul nama Desa Jeruksari di Kabupaten Pekalongan
Asal usul nama Desa Jeruksari di Kabupaten Pekalongan

Kajen, diswaypekalongan.id – Desa Jeruksari merupakan salah satu desa di Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Desa ini memiliki luas wilayah 217,4393 ha terdiri dari sawah 112,9988 ha, bangunan 34,6452 ha, tambak kolam 56,6425 ha, rawa 112,9988 ha dan lain-lain 13,1555 ha. 

Desa Jeruksari terletak di ketinggian 1 mdpl dan asal usul nama Desa Jeruksari ini menarik untuk kita bahas. Apakah kamu salah satu warga disana?

Asal usul nama Desa Jeruksari ini kami kutip dari buku “Mendongeng Pekalongan“ yang disusun oleh Taufik Hidayat dan Akar Atya. Di dalam buku tersebut menjelaskan awal mula penamaan Desa Jeruksari di Kabupaten Pekalongan tersebut.

Asal usul nama Desa Jeruksari diambil dari seorang abdi dari Mataram dengan pemberontakan sakti. Berikut ini penjelasan selengkapnya.

Pemberontakan di Mataram

Mataram Islam tiba di masa kepemimpinan keduanya setelah Panembahan Senopati wafat. Raja kedua Mataram bernama Sultan Hanyakrawati atau Raden Mas Jolang, beliau adalah putra Panembahan Senopati dari permaisuri Waskitajawi.

Saat Sultan Hanyakrawati memimpin, ada gerombolan perusuh yang terkenal kesaktiannya. Gerombolan perusuh tersebut dipimpin oleh seseorang yang dijuluki Maling Sekti.

Saking saktinya Maling Sekti ini konon bisa menghilang dari pandangan mata dan bisa berubah bentuk menjadi tanaman atau hewan.

Untuk menumpas mereka, sang Sultan menugasi seorang abdi yang juga terkenal sakti bernama Ki Branjang Kawat.

Pertempuran Ki Branjang Kawat dengan Para Perusuh

Sultan Hanyakrawati memberikan wewenang kepada Ki Branjang Kawat untuk membawa seratus pasukan. Hal ini tentu dilakukan untuk melancarkan misi menumpas para perusuh sakti tersebut.

Jumlah pasukan Mataram ini jumlahnya lebih banyak dari pasukan perusuh, sehingga di beberapa pertempuran pasukan perusuh kewalahan dan banyak yang tumbang.

Baca Juga:  Deretan Tempat Wisata Pekalongan untuk Anak yang Paling Seru dan Populer, Yuk Langsung Liburan!

Banyak dari pasukan perusuh yang memilih menyelamatkan diri menghindar dari serangan pasukan Mataram, namun tak sedikit juga yang terbunuh.

Setelah melewati beberapa pertempuran, pasukan musuh hanya menyisakan seorang pimpinannya yang dijuluki Maling Sekti tersebut.

Saat merasa terdesak, Maling Sekti selalu menggunakan ajian menghilangnya sehingga dapat menghindar dari Ki Branjang Kawat dan pasukannya.

Pertempuran di Pekalongan

Karena mendapat perintah langsung dari Sultan Hanyakrawati untuk menumpas perusuh sampai habis, Ki Branjang Kawat bertekad tidak akan kembali ke Mataram sebelum menumpas Maling Sekti.

Kemudian ia dan pasukannya terus mengejar Maling Sekti hingga tiba di sebuah daerah di Pekalongan, daerah tersebut diceritakan belum memiliki banyak penduduk.

Ki Branjang Kawat berhasil menemukan Maling Sekti di daerah ini, kedua pendekar sakti tersebut terlibat adu ilmu yang cukup sengit.

Masing-masing mengeluarkan kesaktiannya dengan cara ‘gejuk bumi’ atau menjejakkan kakinya dengan keras ke tanah.

Kedua pendekar itu bertarung cukup lama, tak hanya di satu tempat, pertarungan ini bergeser ke tempat lain yang tidak jauh dari tempat sebelumnya.

Ki Branjang Kawat dan Maling Sekti kembali melakukan perang tanding atau dalam bahasa Jawa disebut ‘kerah tanding’.

Dari istilah ‘kerah tanding’ ini, tempat pertempuran Ki Branjang Kawat dan Maling Sekti dinamai dukuh Kranding yang memiliki kepanjangan ‘kerah tanding’.

Asal usul Nama Desa Jeruksari

Maling Sekti mulai kewalahan melawan kesaktian Ki Branjang Kawat, ia melarikan diri ke arah barat menuju sungai Sengkarang.

Kemudian ia terjun ke sungai untuk sembunyi dari Ki Branjang Kawat yang bersiap menumpasnya.

Melihat musuhnya terjun ke sungai, Ki Branjang Kawat juga menceburkan dirinya untuk menangkap musuhnya.

Namun setelah sekian lama menyelam ke dasar sungai, Ki Branjang tak kunjung menemukan Maling Sekti. Abdi Mataram tersebut kemudian menyembulkan kepalanya ke permukaan air, mengamati dan mencari keberadaan perusuh licik itu.

Baca Juga:  Fasilitas dan Menu Resto Jawa Omah Carkonah, Menikmati Suasana dan Makanan Autentik

Hingga Ki Branjang janggal dengan adanya pohon jeruk yang tadi tidak ia lihat, seolah pohon tersebut tumbuh dengan tiba-tiba

Setelah dilihat-lihat, pohon jeruk itu hanya memiliki satu buah saja, Ki Branjang Kawat menduga musuhnya telah menjelmakan dirinya sebagai pohon jeruk.

Tanpa berpikir panjang Ki Branjang Kawat langsung memetik buah jeruk itu dan menyerap sari buahnya. Peristiwa inilah yang menjadi asal-usul nama desa Jeruksari di Kabupaten Pekalongan.

Seiring berjalannya waktu, dukuh-dukuh yang menjadi tempat adu ilmu Ki Branjang Kawat dengan Maling Sakti tadi berkembang.

Dan pada tahun sekitar 1800 M, dukuh-dukuh tadi bergabung dengan desa Jeruksari.

Hingga saat ini desa Jeruksari memiliki 5 dukuh, yakni dukuh gejlig, dukuh kranding, dukuh jeruksari, dukuh cokrah, dan dukuh sebakung.

Mata Pencaharian Warga Desa Jeruksari

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Jeruksari ini beragam mulai dari petani, buruh industri, nelayan, pedagang, pengusaha, pns dan lain-lain.

Demikian pembahasan mengenai asal usul nama Desa Jeruksari di Kabupaten Pekalongan. Semoga bermanfaat.