Slawi  

Tradisi Jamasan Bende Cemuluk yang Dilakukan Masyarakat Bumijawa Tegal, Dilakukan Setiap 11 Rabiul Awal

Tadisi Jamasan Bende Cemuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan
Tadisi Jamasan Bende Cemuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan

Slawi, diswaypekalongan.id – Bumijawa adalah sebuah kecamatan paling selatan di Kabupaten Tegal. Wilayahnya yang berada di kaki Gunung Slamet maka tak mengherankan udara disini sangat sejuk. 

Kecamatan Bumijawa juga terkenal penghasil buah-buahan, sayur mayur, teh, kayu maupun kopi terbesar di Kabupaten Tegal. Selain itu, disini juga terdapat mata air yang dijadikan sumber kehidupan, yaitu air bulakan atau Tuk Jimat Kali Bulakan.

Berkat melimpahnya air yang tidak pernah habis di Bumijawa ini terdapat sebuah tradisi Jamasan Bende Cemuluk. Tradisi ini sudah berjalan ratusan tahun sebagaimana tertulis di Manuskrip Belanda pada 1902.

Tradisi Jamasan Bende Cemuluk bertujuan  sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan berupa mengalirnya mata air bulakan yang hingga saat ini dapat mengaliri perkebunan serta kehidupan di Desa Bumijawa, dan juga menjadi sumber mata air untuk keperluan PDAM serta perusahaan air minum daerah di Tegal.

Berikut ini informasi selengkapnya mengenai tradisi Jamasan Bende Cemuluk yang dilakukan masyarakat Bumijawa, Kabupaten Tegal. Simak hingga selesai.

Mengenal Tradisi Jamasan Bende Cemuluk

Jamasan berasal dari bahasa krama inggil (bahasa Jawa pada tingkatan paling tinggi), yakni jamas yang memiliki arti mensucikan, membersihkan, memandikan, merawat maupun memelihara.

Yang mana hal tersebut merupakan bentuk rasa terima kasih, menghormati dan menghargai adanya peninggalan suatu karya seni budaya leluhur kepada generasi selanjutnya.

Sedangkan bende merupakan sejenis gong kecil pada gamelan Jawa yang terbuat dari perunggu atau tembaga. Suara khas dapat dihasilkan dari bende ketika dipukul pada permukaan perunggu atau tembaga tersebut.

Kapan Tradisi Jamasan Bende Dilakukan? 

Bende Camuluk diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai celah munculnya sumber air yang kini disebut dengan Tuk Jimat Kali Bulakan.

Baca Juga:  Guciku Hot Waterboom, Tempat Pemandian Air Panas dengan Banyak Wahana yang Seru Dikunjungi Bareng Keluarga

Masyarakat Bumijawa rutin menjamas Bende Camuluk setahun sekali tepatnya pada 11 Rabiul Awal, bertepatan dengan peringatan maulid nabi pada keesokan harinya.

Prosesi Tradisi Jamasan Bende Cemuluk

Tradisi Jamasan Bende Camuluk sendiri dilakukan dengan prosesi upacara proses pencucian Bende Camuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan oleh juru kunci dengan menyalakan kemenyan disertai dengan iringan sholawat oleh masyarakat Bumijawa.

Malam harinya dilanjut dengan arak-arakan atau pawai, sekaligus memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut rutin dilakukan setiap tahunnya.

Sejarah adanya mata air Tuk Jimat yang ada di Desa Bumijawa Kabupaten Tegal ini tidak lain dari peristiwa seorang tokoh masyarakat bernama Mbah Camuluk yang bertirakat atas perintah Ki Gede Sebayu untuk mencari sumber mata air untuk pengairan wilayah Tegal.

Hingga kemudian diberi nama Tuk Jimat dan di mata air Tuk Jimat juga ada bangunan Belanda menaunginya yang menjadi bukti bahwa Belanda juga dulu memanfaatkan sumber mata air tersebut.

Perkembangan Tradisi

Dikutip dari laman Nu Online, tradisi yang dilakukan masyarakat Bumijawa terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, namun tetap mempertahankan pakem-pakem yang ada.

Salah satu contohnya adalah Jamasan yang dilakukan di sumber asalnya, Tuk Jimat Kali. Di masa lalu, arak-arakan Bende yang mengelilingi desa menjadi bagian penting, dan saat ini, perayaannya telah dimodifikasi.

Masyarakat membuat replika yang menggambarkan kebaikan seperti masjid, tokoh-tokoh Islam, Ababil, Buraq, sebagai gambaran perjalanan Nabi Muhammad saat Isra Mi’raj yang sebelumnya dibuat dari patung-patung.

Demikian pembahasan mengenai tradisi Jamasan Bende Cemuluk yang dilakukan masyarakat Bumijawa. Semoga bermanfaat.