Kajen  

5 Tradisi Syawalan di Pekalongan yang Selalu Meriah, Salah Satunya Seperti Lopis Berukuran Raksasa

tradisi Syawalan di Pekalongan
tradisi Syawalan di Pekalongan

Pekalongan, diswaypekalongan.id – Tradisi Syawalan di Pekalongan ini dilakukan seminggu setelah hari raya idul fitri tepatnya pada 8 Syawal.Diadakan beberapa tradisi ini untuk menyambung dan mempererat silaturahmi antar warga. 


Dalam prosesi tradisi Syawalan di Pekalongan ini sangat meriah di setiap tahunnya. Tak hanya warga lokal saja tapi terkadang ikut menarik perhatian warga luar Pekalongan.

Tradisi Syawalan di Pekalongan ini sangat beragam. Salah satunya seperti lopis berukuran raksasa yang nantinya akan direbutian oleh warga.

Berikut ini ada beberapa tradisi Syawalan di Pekalongan yang kami rangkum dari berbagai sumber. Simak hingga selesai.

1.Tradisi Lopis Raksasa


Tradisi lopis raksasa dilakukan seminggu setelah hari raya idul fitri. Dalam tradisi ini hal yang menarik perhatian karena lopis berukuran raksasa yaitu setinggi 2 meter dengan diameter 1,5 meter dan berat mencapai 225 kilogram.


Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Desa Krapyak dan saat proses pembuatan lopis raksasa ini memakan waktu 3 hari 4 malam dan membutuhkan bahan ½ kuintal beras ketan, 1000 liter santan, kelapa, garam dan daun pisang sebagai pembungkus.


Setelah selesai dihias lopis tersebut akan didoakan oleh tokoh agama dan selanjutnya dikirab keliling kampung. Kemudian lopis raksasa akan dipotong oleh Walikota Pekalongan sebelum dibagikan kepada masyarakat secara gratis.


Saat pembagian lopis berukuran raksasa ini masyarakat biasanya akan saling berebut untuk mendapatkan lopis yang katanya akan mendapatkan berkah.


2.Tradisi Gunungan Megono


Tradisi gunungan megono merupakan salah satu tradisi syawalan yang berada di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Tradisi ini diadakan seminggu setelah hari raya Idul Fitri sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. 


Tradisi gunungan megono merupakan sebuah acara yang menampilkan berbagai macam makanan dan dibentuk menyerupai gunung. Setelah itu diarak arak oleh warga Desa Linggoasri dan acaranya selalu ramai ditunggu-tunggu masyarakat.


  1. Tradisi Getuk Lindri
Baca Juga:  Fasilitas dan Menu Resto Jawa Omah Carkonah, Menikmati Suasana dan Makanan Autentik


Tradisi getuk lindri dilakukan oleh masyarakat Desa Amokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. 


Seperti kita ketahui getuk lindri yaitu jajanan tradisional yang berbahan dasar singkong, gula pasir dan kelapa parut. Getuk lindri merupakan makanan khas Magelang, Jawa Tengah tapi untuk saat ini menyebar hingga ke daerah Pekalongan. 


Getuk lindri memiliki cita rasa manis, gurih dan memiliki tekstur yang lembut. Jajanan ini masih banyak disukai oleh semua kalangan. 


Sebelum dilakukan tradisi, masyarakat desa bergotong royong membuat getuk lindri secara bersama-sama dan membutuhkan waktu hingga 48 jam lamanya.


Proses awal tradisi getuk lindri sebelumnya masyarakat telah menata meja berjejer secara rapi. Kemudian getuk lindri diletakkan di atasnya secara memanjang. 


Kemudian didoakan oleh tokoh agama setempat dan getuk lindri langsung diperebutkan warga secara gratis.


  1. Tradisi 1000 Lengko


Tradisi seribu lengko dilakukan seminggu setelah hari raya idul fitri atau biasa masyarakat menyebutnya sebagai tradisi Syawalan. Syawalan merupakan suatu tradisi masyarakat yang dilaksanakan seminggu setelah hari raya idul fitri atau tepatnya setiap tanggal 8 Syawal.


Masyarakat di Desa Podo, Kecamatan Kedungwuni ini saling bergotong royong membuat jajanan lengko dan melakukan  tradisi seribu lengko sangat meriah di setiap tahunnya. 


Lengko yang dimaksud di dalam tradisi ini bukanlah nasi lengko melainkan jajanan tradisional bernama lengko. Lengko merupakan jajanan yang terbuat dari bahan baku singkong yang diparut. 


Proses pembuatan lengko dilakukan secara gotong royong sehingga warganya mengenal satu sama lain. Kemudian setelah singkong diparut, langsung dibungkus dengan daun pisang dan didalamnya berisikan irisan gula merah. 


Selanjutnya lengko dikukus hingga matang dan disajikan dengan parutan kelapa yang diberi sedikit garam dan disajikan saat masih hangat. Jajanan lengko ini memiliki cita rasa gurih, manis dan memang disukai semua kalangan.


  1. Festival Balon
Baca Juga:  Alamat dan HTM Wisata Bukit Watu Ireng yang Indah, Gabungan alam dan buatan Tergabung


Untuk terakhir ada festival balon. Menerbangkan balon pada momen Syawalan sudah umum dilakukan oleh masyarakat di Pekalongan. 


Awalnya, semua penerbangan balon dilepas bebas sehingga menuai kontra karena mengganggu lalu lintas udara. Pemerintah mencoba menengahi melalui festival balon tertambat agar tradisi tetap berjalan tanpa mengganggu lalu lintas udara.


Nah itu dia tradisi Syawalan di Pekalongan yang selalu meriah di setiap tahunnya. Semoga bermanfaat.