Pekalongan, diswaypekalongan.id – Rekomendasi buat kalian yang ke Pekalongan bisa langsung mampir ke warung Lontong Opor Hj Emah di Pekalongan. Lontong opor yang dimaksud di warung ini adalah lontong lemprak khas Batang.
Lontong Opor Hj Emah termasuk legendaris karena diperkirakan sudah ada sejak 1990 dan kini dikelola oleh generasi ketiga. Meskipun berdiri 69 tahun lamanya tapi tidak mengubah cita rasa yang tetap menggoyang lidah.
Untuk menikmati Lontong Opor Hj Emah kamu mesti datang ke Alun-alun Pekalongan tepatnya di samping kantor Bank Mandiri.
Berikut ini ulasan menarik tentang Lontong Opor Hj Emah. Simak artikel ini hingga selesai.
Apa Itu Lontong Lemprak?
Kalau dilihat sekilas lontong lemprak memang mirip dengan opor ayam. Tapi yang membedakannya lontong lemprak dengan opor biasa, yaitu menggunakan daging ayam kampung dan sambal terasi merah yang membuatnya lebih istimewa.
Dikutip dari laman visitjawatengah.regionalprov.go.id, untuk pembuatan kuah opornya, hal pertama yang dilakukan adalah menghaluskan bumbu-bumbu seperti kemiri, ketumbar, kunyit, bawang putih, bawang merah, dan cabai merah.
Kemudian tambahkan santan, garam, dan gula merah. Lalu masak hingga tekstur daging ayam menjadi lembut dan beraroma.
Disebut lontong lemprak karena dari cara jualannya di zaman dahulu. Dulunya lontong lemprak dijual berkeliling dengan keranjang pikul.
Karena tidak ada tempat duduk, maka pembelinya duduknya nglemprak atau lesehan. Nah dari sinilah kuliner ini disebut lontong lemprak.
Sudah Generasi Ketiga
Lontong Opor Hj Emah termasuk legendaris karena berdiri sejak 1955 yang sekarang dikelola oleh generasi ketiga, yaitu Pranto Setyaji.
“Awal mula yang merintis usaha lontong lemprak khas Batang ini adalah kakek saya, yaitu Mbah Ahmad Durrahman”, ungkap Pranto.
Menurut Pranto,kira-kira tahun 1955 kakeknya mulai berjualan dengan membuka lapak di daerah Grogolan, Pekalongan.
“Kakek saya saat itu berjalan dari Sawahan (Batang) ke Grogolan (Pekalongan) sambil memikul dagangan”, ujar Pranto. “Di tengah perjalanan, biasanya beliau beristirahat di area depan pabrik tekstil (depan terminal Pekalongan sekarang)”, ujarnya.
Selama berdagang di Grogolan, Mbah Ahmad Durrahman merasa sepi pembeli. kemudian Ia berpindah lokasi di alun-alun Kota Pekalongan.
“Saat itu alun-alun belum seramai sekarang, cuma ada 4 pedagang dan salah satunya kakek saya”, kata Pranto.
Saat berjualan di Alun-alun Pekalongan usaha lontong lemprak Mbah Ahmad Durrahman mulai berjalan dan berkembang. Dari awalnya memiliki satu lapak saja sekarang menjadi lima lapak yang berada di titik di alun-alun.
Hj. Emah yang merupakan ibunda Pranto, sejak kecil sering membantu ayahnya berjualan. Ia membantu melayani pembeli dan menjaga lapak. Aktivitas tersebut dijalani Hj. Emah hingga menikah dan memiliki anak.
Kemudian pada sekitar 1990, usaha secara penuh dikelola oleh Hj. Emah karena Mbah Ahmad Durrahman sudah sepuh dan menginginkan pensiun.
Kemudian Hj Emah mengelola warung tersebut hingga 2019. Pada tahun tersebut ia sakit dan meminta anaknya Pranto Setyaji untuk meneruskan usahanya ini.
Pedagang Lontong Lemprak Batang- Pekalongan Masih Kerabat
Selanjutnya menurut cerita Pranto, kalau pedagang lontong lemprak yang ada di Batang dan Pekalongan ternyata masih berkerabat.
“Beberapa pedagang yang ada di alun-alun Batang bisa dibilang masih keluarga besar Mbah Ahmad Durahman”, beber Pranto.
“Di Pekalongan, yang anak dari adiknya Mbah Ahmad Durahman (keponakan) itu ada dua lokasi terus ada dua keponakan lagi dari adiknya yang lain, jadi total ada empat lokasi di Pekalongan yang masih bersambung secara kekerabatan dengan Mbah Ahmad Durrahman”, Pranto menjelaskan.
Harga Lontong Opor Hj Emah
Untuk menikmati satu porsi Lontong Opor Hj Emah pembeli hanya merogoh kocek Rp28.000 lengkap dengan tahu. Kalau tidak dilengkapi dengan tahu harganya cuma Rp25.000 saja per porsinya.