Brebes, diswaypekalongan.id – Di Indonesia sendiri beragam tradisi yang sudah ada sejak zaman dulu dan masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya seperti tradisi ratiban di Brebes.
Tradisi ratiban di Brebes dilakukan oleh masyarakat Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Di dalam tradisi ratiban di Brebes itu masyarakat melakukan arak-arakan gunungan berisi nasi tumpeng dan hasil bumi dari Balai Desa Pandansari menuju obyek wisata Telaga Ranjeng.
Berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai tradisi ratiban di Brebes. Simak artikel ini hingga selesai.
Tujuan Tradisi Ratiban
Tradisi ratiban yang dilakukan masyarakat Desa Pandansari bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kekayaan alam dan kesuburan tanah di desa ini.
Selain ungkapan rasa syukur tujuan diadakan tradisi ini untuk meminta hujan dan ruwat desa dari wabah penyakit.
Mempererat Silaturahmi
Tradisi ratiban memiliki tujuan juga sebagai ajang mempererat silaturahmi bagi sesama warga. Apalagi di akhir acara itu diakhiri dengan makan bersama-sama dan juga para warga mengajak untuk memberikan makan pada ikan-ikan yang ada di objek wisata Telaga Ranjeng.
“Acara ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat Pandansari atas nikmat yang sudah diberikan Allah SWT atas melimpahnya dan suburnya tanah yang ada di Pandansari. Ungkapan rasa syukur itu kita implementasikan pada festival budaya ini,” kata Kepala Desa Pandansari, Irwan Susanto, dikutip dari kanal YouTube Liputan6
Awal Mula Adanya Tradisi
Tradisi ratiban di cetus oleh seorang ulama kyai yang bernama kyai Sirpan Reksayuda. Beliau merupakan kepala desa pertama di desa Pandansari di era 1892-1917.
Awal mula tradisi ratiban dilaksanakan di bulan Suro/Muharram yakni jatuh pada bulan pertama dalam kalender Hijriyah pada hari kliwon. Hari Kliwon dipercaya karena pada hari tersebut banyak hal-hal yang mengandung mistis.
Prosesi Tradisi Ratiban
Pada prosesi tradisi ratiban dimulai dengan kirab gunungan tumpeng dan hasil bumi seperti sayur mayur, buah-buahan dari Kantor Desa Pandansari menuju objek wisata Telaga Ranjeng.
Kemudian para warga melakukan arak-arakan berjalan kaki sekitar 1 KM menuju objek wisata Telaga Ranjeng. Setelah tiba acara dilanjutkan dengan istighosah.
Selanjutnya warga yang mengikuti tradisi ratiban memanjatkan doa-doa agar diberi kesehatan, kelancaran usaha dan keselamatan. Setelah itu dilanjutkan memberikan makanan ke ikan-ikan penghuni Telaga Ranjeng.
Lalu gunungan tumpengan berukuran besar itu diperebutkan oleh warga. Mereka meyakini makanan yang telah didoakan tersebut mendatangkan keberkahan.
Diiringi dengan Kesenian
Pada saat proses rangkaian acara tradisi ratiban di Brebes diramaikan juga dengan kesenian ronggeng. Tarian inilah yang konon menghibur para pekerja saat proses pembangunan pabrik Teh Kaligua, 134 tahun yang lalu.
Gunungan Tumpeng Dilombakan
Gunungan tumpeng hasil karya dari masing-masing RT dan RW yang ada di Desa Pandansari itu dilombakan. Berbagai macam hasil bumi yang dipajang untuk meramaikan karnaval atau arak-arakan pada puncak kegiatan tradisi ratiban.
Acara penutupan tradisi ratiban di Brebes ini dengan pengumuman juara gunungan tumpeng yang paling menarik dan kekompakan para warga yang paling antusias dari start di Kantor Desa Pandansari hingga finish di objek wisata Telaga Ranjeng.
Nah itulah dia arti dari tradisi ratiban di Brebes yang dilakukan masyarakat Desa Pandansari. Semoga bermanfaat.