Batang, diswaypekalongan.id – Pada tanggal 4 Desember 2024 kemarin warga Desa Gapuro, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang menggelar acara doa dan tahlil bersama mengenang 8 tahun kematian Haniyah.
Ia merupakan seorang asisten rumah tangga ( ART) yang tewasnya tidak wajar dan saat itu ditemukan di garasi mobil majikannya, masih belum terungkap hingga sekarang.
Dikutip dari Instagram@pekalonganinfo, Teguh selaku adik korban menjelaskan, kegiatan haul dilakukan untuk memanjatkan doa untuk almarhum yang hingga kini belum diketahui penyebab kematiannya.
Sudah 8 tahun kematian Haniyah, tapi pihak keluarga hingga saat ini masih tetap menunggu hasil penyidikan dan penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian.
Meskipun sudah berulang kali berganti penyidik, Kasat Reskrim hingga Kapolresnya, Teguh masih meyakini pihak kepolisian Polres Batang secara profesional akan mampu mengungkap kasus ini hingga terang benderang.
Kasus Kematian Haniyah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tepat pada tanggal 4 Desember 2024 kemarin 8 tahun kematian Haniyah masih belum terungkap hingga saat ini.
Pada tahun 2016 silam, Haniyah yang merupakan seorang asisten rumah tangga ( ART) asal Desa Gapuro, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang ditemukan meninggal di garasi majikannya.
Pada saat ditemukan dengan kondisi luka di bagian kepala dan bagian tubuh lainnya.
8 tahun kematian Haniyah masih menjadi teka teki hingga saat ini dan tanpa kepastian hukum. Menurut sejumlah pihak menganggap kasus ini diabaikan.
“Kasus pembunuhan Haniyah binti Sutrisno 2016-2024 terabaikan?” isi tulisan baliho yang terpasang di pertigaan jalan Pasar Warungasem dan pertigaan jalan dekat Masjid Gapuro, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Belum ada titik terang?.
Lembaga Bantuan Hukum Ansor (LBH Ansor) mengaku akan membantu menangani kasus kematian Haniyah. Menurut pihaknya ia akan menempuh empat jalur hukum untuk mengungkap misteri kasus tersebut.
“Kami sudah menerima surat kuasa dari anak-anak korban, mengirimkan surat kuasa ke penyidik, mengirimkan surat permohonan audiensi ke Kapolres Batang, dan bedah kasus dengan tim LBH Ansor,” kata Taufik dalam keterangan tertulisnya.
Langkah selanjutnya LBH Ansor juga akan menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kapolri, Kabareskrim, Kejagung, Kompolnas, Kementerian Perempuan dan Anak, Komnas Anak, Komnas Perempuan, serta pegiat sosial supaya kasus ini mendapat perhatian khusus.
Taufik meyakini, kasus ini bisa diselesaikan dengan adil secara hukum meskipun tidak mudah.
“Kami sudah memanggil para saksi dan menemukan banyak kejanggalan. Ini akan kami sampaikan ke penyidik,” ujar Taufik
Pernyataan Anak Korban
Sudah 8 tahun kematian Haniyah berlalu begitu saja, kedua anak Haniyah yakni Nafiul Husna dan Dwi Yurdan Afrilianto terus berharap kasus kematian ibunya ini bisa terungkap dengan jelas.
Menurut Nafiul selaku anak korban, kalau ibunya ini telah lama bekerja menjadi ART di rumah majikannya lebih dari delapan tahun. Bahkan pihak majikannya ini sudah menganggap Haniyah sudah bagian keluarga mereka.
Rumah kediaman Haniyah pun tidak terlalu jauh sekitar 50 meter dari rumah majikannya.
Sebelum ditemukan meninggal, anak korban Dwi Yurdan Afrilianto mencoba menghubungi ibunya berulang kali. Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB ponsel ibunya ini masih aktif.
Namun pada pukul 23.00 WIB ponsel korban sudah tidak aktif lagi.
“Pada saat itu, aku punya firasat ibu kenapa-napa. Setelah ditelepon tidak aktif, saya ke rumah itu, pukul 12 malam. Ketemu sama Pak Haji (majikan korban), ya tanya ibu tidak ada di rumah itu, katanya bantu-bantu di tempat hajatan,” katanya.
Kebetulan, di lokasi setempat juga ada hajatan. Kemudian ia pulang dan sekitar pukul 02.00 WIB, ia kembali lagi ke rumah di mana ibunya bekerja, tapi juga tidak mendapati ibunya.
Baru pagi harinya 6 Desember, ia menerima kabar ibunya sudah tidak bernyawa di garasi mobil.
“Pagi hari baru dapat kabar soal ibu,” katanya.
Kedua anak korban berharap kasus kematian ibunya bisa terungkap dan mengetahui siapa pelaku yang tega membunuh ibunya tersebut.