Kajen, diswaypekalongan.id – Dalam mendukung pengurangan emisi karbon dan menjaga keseimbangan iklim global, PT Tower Bersama Infrastruktur Group (TBIG) melakukan penanaman 6.600 pohon di Hutan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan sejak 2018 hingga sekarang.
Penanaman 6.600 pohon ini dilaksanakan di tujuh lokasi di Hutan Petungkriyono. Selain sebagai langkah penghijauan, kegiatan CSR TBIG ini sekaligus sebagai upaya menjaga hutan yang masih dianggap sehat di Pulau Jawa.
Berdasarkan pengukuran diameter batang setinggi dada manusia, sebanyak 6.600 pohon mampu menyerap hingga 470 ton karbon. Hal ini menunjukkan program ini juga memiliki dampak signifikan terhadap penyerapan karbon, tidak hanya menjaga ekosistem.
Menurut Fahmi Sutan Alatas, CSR Departement Head TBIG, kegiatan penanaman 6.600 pohon ini bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk nyata dari tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan.
Dengan melibatkan berbagai pihak, dari karyawan hingga masyarakat lokal, TBIG berhasil menciptakan sinergi untuk masa depan yang lebih hijau.
“Kami berharap langkah kecil ini bisa memberikan dampak besar, baik bagi hutan, masyarakat, maupun generasi mendatang,” terangnya usai penanaman pohon di Hutan Petungkriyono Pekalongan, Minggu 7 Desember 2024.
Fahmi menambahkan, pemilihan Hutan Petungkriyono di Pekalongan bukan tanpa alasan. Melainkan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan ini masih sehat.
Dijelaskan Fahmi, program penanaman pohon tidak hanya fokus pada rehabilitasi lahan kritis, tetapi juga mempertahankan area-area yang sudah sehat agar tidak rusak.
Jenis pohon yang ditanam di Hutan Petungkriyono Pekalongan pun beragam, mulai dari tanaman buah seperti alpukat dan nangka, hingga bambu, damar, kayu manis, serta pinus.
Tanaman buah ini juga bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, tanpa merusak ekosistem hutan.
Hutan Petungkriyono Pekalongan memiliki luas 5.000 hektare, menjadi rumah bagi sekitar 4.000 satwa owa jawa, primata endemik yang hanya hidup di hutan-hutan alami dan sehat.
Pemilihan lokasi penanaman dilakukan dengan cermat, bekerja sama dengan Perhutani. Lokasi dipilih berdasarkan tingkat kerusakan, tantangan geografis, hingga potensi manfaat lingkungan jangka panjang.
“Kami ingin mitra yang jelas, dan monitoring juga dilakukan berkala setiap Juli dan Desember,” jelas Fahmi.
Uniknya, inisiatif ini juga melibatkan kontribusi langsung dari para karyawan TBIG. Sistem penukaran poin performa kerja dengan bibit pohon menjadi daya tarik tersendiri.
“Setiap 50 poin performa kerja bisa ditukar dengan satu bibit pohon,” ujar Fahmi.
Pada tahun ini, sepuluh karyawan dengan poin tertinggi diberangkatkan langsung untuk terlibat dalam kegiatan penanaman.
Mereka menyumbangkan sepuluh pohon yang setara dengan 500 poin hasil kerja mereka selama setahun.
Tak hanya itu, regional manajer dengan program CSR paling aktif juga turut serta dalam kegiatan ini.
Meski berjalan mulus, program ini tak lepas dari tantangan, terutama dalam hal mempertahankan tingkat keberhasilan tanaman. Faktor cuaca dan kondisi lahan menjadi tantangan utama.
“Kami selalu menanam saat curah hujan tinggi, sesuai saran Perhutani,” kata Fahmi.
Namun, jika ada pohon yang mati, TBIG memastikan langkah penyulaman segera dilakukan. Hingga saat ini, sekitar 200 pohon telah diganti untuk menjaga keberlanjutan program.






