Kajen  

Legenda Sejarah Desa Brondong di Pekalongan, Berawal Baku Tembak Antara Pasukan Indonesia dan Belanda

sejarah Desa Brondong, Kecamatan Kesesi
sejarah Desa Brondong, Kecamatan Kesesi

Kajen, diswaypekalongan.id – Nama desa yang satu ini termasuk unik karena istilah ini merujuk pada laki-laki muda atau remaja. Tapi ternyata ada loh nama Desa Brondong yang masuk kedalam wilayah Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan. 

 

Berdirinya sebuah desa tidak luput dengan sosok berjasa dan terdapat sejarahnya. Salah satunya seperti sejarah Desa Brondong yang akan kami bahas di dalam artikel ini.

 

Sejarah Desa Brondong berawal terjadinya baku tembak antara pasukan Indonesia yang diberondong peluru oleh Belanda. Lalu bagaimana selanjutnya?

 

Dikutip dari laman Pemerintah Desa Brondong, berikut ini sejarah Desa Brondong. Simak artikel ini hingga selesai.

 

Sejarah Desa Brondong

 

Sejarah Desa Brondong, konon ceritanya hidup sekelompok penduduk yang bertempat tinggal berpencar pencar, desa tersebut disebut Desa Pamutian, disana ada seseorang yang disebut sebagai sesepuh masyarakat yaitu bernama Suroyoso. Beliau mempunyai tiga orang anak yaitu Surowono, Surojiwo dan Surodiwongso.

 

Ke empat orang tersebut, yaitu ayah dan ketiga anaknya menebang hutan yang tidak jauh dari desa pamutian, kemudian datanglah kedua orang yaitu Jenggolo Manik dan Bayan Olah yang kemudian ikut bergabung menebang hutan.

 

Selesainya menebang hutan, maka pemukiman penduduk dipindah menjadi satu desa, desa yang baru dinamai Desa Plondokan.

 

Pada zaman itu Belanda bercokol di tanah air Indonesia, banyak orang-orang pejuang maupun lainnya yang bersembunyi di desa Plondokan dan masyarakat desa banyak yang membantu makanan untuk para pejuang, bahkan memata-matai kedatangan Belanda.

 

Sehingga pasukan Indonesia bisa berlindung atau sembunyi di hutan. Kemudian pada suatu hari pasukan Indonesia bertemu dengan Belanda, pasukan Indonesia di Desa Plondokan sedangkan Belanda di Desa Podosari tepatnya dukuh Pangukuhan.

Baca Juga:  Meriahkan Milad IGABA, 6.000 Siswa PAUD Aisyiyah Ikuti Senam Massal

 

Kedua desa tersebut dipisahkan oleh Sungai Paingan. Akhirnya terjadilah baku tembak antara pasukan Indonesia yang diberondong peluru oleh Belanda dan keduanya saling kuat.

 

Pada akhirnya pasukan Belanda membubarkan diri, maka kedua desa tersebut diganti nama yaitu Desa Plondokan diganti menjadi desa yang baru yaitu Desa Brondong ( Karena di brondong peluru Belanda ).

 

Sedangkan desa / dukuh Pangukuhan diganti Dukuh Podowani ( Karena kedua pasukan bertempur sama kuat, dalam Bahasa jawa: podo wanine ) kedua desa tersebut masuk wilayah Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah.

 

Tokoh masyarakat seperti Suroyoso,Surowono,Surojiwo,Surodiwono, Jenggolo Manik dan Bayan Olah ,ketika mereka meninggal dunia maka pemakamannya dinamai Candi Jenggolo.

 

Karena orang-orang tersebut adalah Pepunden masyarakat Desa Brondong dan sampai sekarang masih di rekso/dijaga oleh masyarakat.

 

Bahkan setiap tahunnya tempat tersebut digunakan untuk ritual nyadran, apabila mau labuhan/memasuki musim tanam padi.

 

Selain itu masyarakat atau orang lain daerah  banyak yang datang berkunjung untuk ziarah ke makam tersebut guna meminta keberkahan.

 

Kondisi Geografis

 

Desa Brondong secara geografis terletak di 7°02°42.2 sampai 7°03’56.3 Lintang Selatan dan 109°31’32.3 sampai 109°30’34.2 Bujur Timur.

 

Destinasi Wisata

 

Di Desa Brondong terdapat Bendungan Brondong yang menjadi daya tarik. Bendungan ini fungsinya untuk mengatur distribusi air ke area persawahan dan melewati perkampungan sekitar Kecamatan Kesesi sampai dengan Kecamatan Sragi.

 

Selain dimanfaatkan untuk irigasi sawah, Bendungan Brondong ini juga dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. Disaat belum ada PDAM, desa yang dilewati sungai ini juga memanfaatkan aliran sungai ini sebagai MCK.

 

Demikian pembahasan mengenai sejarah Desa Brondong. Apakah kamu salah satu warga desa sana?