Kajen, diswaypekalongan.id – Destinasi wisata alam Tapak Menjangan pastinya buat warga Pekalongan sudah tidak asing lagi. Tapi tahukah kamu bagaimana sejarah Tapak Menjangan ini?
Sejarah Tapak Menjangan yang ada di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah memiliki cerita panjang di masa lalu. Awal mulanya dari pembukaan lahan oleh seorang kakak beradik Singa Loh dan Singa Aji.
Sejarah Tapak Menjangan mengutip dari buku “ Mendongeng Pekalongan “ yang disusun oleh Taufik Hidayat dan Akar Atya.
Berikut ini sejarah Tapak Menjangan. Simak artikel ini hingga selesai supaya mendapatkan informasi lebih jelasnya.
Sejarah Tapak Menjangan
Kecamatan Doro saat itu masih berupa hutan lebat yang minim penduduk, wilayah ini menjadi kaki dari gunung purba Rogojembangan yang berada di Petungkriyono.
Di sana hidup sepasang kakak beradik yang memiliki watak berbeda, sang kakak bernama Singa Loh dan adiknya bernama Singa Aji.
Keduanya berniat membuka hutan untuk membangun pemukiman di wilayah yang sekarang menjadi desa Kaso Tengah, Kecamatan Doro.
Setiap hari Singa Loh dan Singa Aji ini menebangi pohon untuk dijadikan lahan.
Penduduk yang lebih dahulu tinggal di sekitar hutan itu memang mengatakan bahwa hutan yang akan dibuka kakak beradik itu terkenal singit.
Namun, karena jumlah penjual makanan di sekitar lokasi cukup terbatas, disarankan membawa bekal sendiri dari rumah.
Alkisah ada 2 orang pemuda yang ingin mendirikan mushola di sebuah hutan yang sekarang menjadi tapak menjangan.
Kedua pemuda tersebut bernama Singa Loh dan Singa Aji, mereka kakak beradik namun memiliki perbedaan watak yang mencolok.
Singa Loh sang kakak memiliki watak keras kepala, sedangkan adiknya Singa Aji berwatak sabar dan tekun.
Singkat cerita usaha mereka untuk membangun mushola itu mengalami banyak ujian, Singa Loh sudah putus asa dengan apa yang sudah terjadi, sedang adiknya masih sabar dan tekun, bahkan ia sering melakukan tirakat agar bisa melewati ujian ini dengan baik.
Salah satu ujian yang mereka alami adalah ketika akan membuat kolam untuk berwudhu, letak mushola dengan sumber air terdekat cukup jauh, sehingga sangat sulit untuk bisa mengalirkan air ke mushola yang sudah mereka buat.
Singa Aji tetap optimis bisa membuat aliran air ke kolam musholanya, namun Singa Loh pesimis dengan yang akan dilakukan adiknya.
Bahkan ia sampai bersumpah akan moksa di tempat tersebut jika Singa Aji berhasil membuat kolam.
Setelah melewati usaha yang keras dengan diiringi tirakat, Singa Aji berhasil mengalirkan air dari sumbernya ke kolam mushola.
Singa Loh merasa kagum dengan kerja keras adiknya, ia baru menyadari bahwa dirinya selama ini terlalu egois dan keras kepala.
Untuk menepati sumpahnya, Singa Loh akhirnya melakukan moksa di kolam yang sudah adiknya buat.
Namun Singa Aji memperingatkan kakaknya agar tak perlu melakukan hal itu, ia berjanji tidak akan mengungkit masalah ini lagi jika Singa Loh tidak melakukan sumpahnya.
Adiknya tersebut memberikan wejangan-wejangan kepada Singa Loh tentang niat awal mereka yang ingin membangun mushola dan pemukiman.
Singah Loh tetap pada pendiriannya, ia menganggap bahwa apa yang sudah ia sumpahkan pantang untuk dilanggar.
Akhirnya Singa Loh melakukan moksa di kolam mushola, dan tempat Singa Aji memberikan wejangan kepada Singa Loh pun diberi nama ‘Tapak Mejang’, yang sekarang menjadi Tapak Menjangan.
Itulah cerita singkat sejarah Tapak Menjangan di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan.